Prof Nancy Dewi Yuliana Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Prof Nancy Dewi Yuliana Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Prof Nancy Dewi Yuliana Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan
Riset

Indonesia sebagai negara muslim terbesar kedua di dunia sangat memperhatikan isu kehalalan pangan. Memastikan pangan halal bukan hanya dilihat dari kemasan, tapi juga harus didukung dengan hasil analisis laboratorium yang menunjukkan bahwa produk tersebut tidak mengandung bahan nonhalal.

Menurut Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University, Prof Nancy Dewi Yuliana, metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan, di antaranya persiapan sampel yang rumit dan sulit diaplikasikan pada produk pangan yang kompleks.

Oleh karenanya, kata Prof Nancy, penelitian untuk mengembangkan metode analisis alternatif yang lebih sederhana namun mampu mendeteksi keberadaan komponen nonhalal dalam konsentrasi yang rendah pada matriks pangan yang kompleks, masih sangat diperlukan. Salah satunya dengan metabolomik.

“Pendekatan metabolomik memungkinkan kita untuk melakukan observasi secara simultan keberadaan dan dinamika sejumlah besar komponen atau senyawa kimia dalam suatu sampel yang berupa campuran yang kompleks. Pendekatan metabolomik dapat memberikan informasi yang lebih detail dan lengkap,” jelasnya saat Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah IPB University secara daring, (25/4).

Namun, Prof Nancy mengungkapkan bahwa pendekatan metabolomik belum menjadi metode standar untuk penentuan kehalalan pangan oleh lembaga yang berwenang saat ini. Kendati begitu, pangan itu kompleks dan metode ini bisa menjadi alternatif.

“Jadi meskipun belum menjadi metode standar, adanya teknik-teknik baru yang bisa mengatasi permasalahan tadi kita harus lakukan penelitiannya. Di antaranya teknik metabolomik ini,” ujarnya.

Prof Nancy mengatakan, penelitian metabolomik dalam bidang autentikasi halal yang dilakukan di IPB University berfokus pada analisis komponen volatil dari bahan segar dan produk olahan halal dan nonhalal menggunakan solid phase microextraction (SPME) dan gas chromatography (GC-MS).

Ia menjelaskan bahwa teknik tersebut dapat mengidentifikasi komponen volatil yang menjadi penanda keberadaan daging nonhalal, seperti daging babi, babi hutan, dan tikus, dalam produk bakso sapi/bakso ayam. Hal ini berhasil dilakukan bahkan pada konsentrasi daging nonhalal terendah yang digunakan dalam penelitian, yaitu 20 persen.

Menariknya, komponen penanda pada bahan nonhalal yang sama, akan menjadi berbeda saat diolah menjadi produk yang berbeda. Misalnya, volatil penanda untuk daging sapi yang diolah menjadi burger adalah dimetil disulfida, namun yang diolah menjadi bakso, komponen penandanya adalah pentanal.

“Hasil riset ini penting sebagai dasar pengembangan alat deteksi halal yang cepat dan dapat digunakan untuk berbagai produk pangan olahan,” katanya.

Prof Nancy mengungkapkan alasan riset metabolomik untuk mendeteksi kehalalan pangan di IPB University berfokus pada ke komponen volatil. Hal ini karena secara empiris bau daging sapi berbeda dengan bau daging babi.

“Kenapa baunya berbeda? Karena komposisi volatilnya juga berbeda. Nah ini kita ambil sebagai prinsip penelitian untuk halal di IPB University. Kita fokus ke perbedaaan komposisi komponen volatil dari pangan yang halal dengan yang haram,” ungkapnya. (MHT/Rz)