Lewat Posdaya dan Jumling, Mahasiswa IPB University Telusuri Penerapan SDGs ke-12

Lewat Posdaya dan Jumling, Mahasiswa IPB University Telusuri Penerapan SDGs ke-12

lewat-posdaya-dan-jumling-mahasiswa-ipb-university-telusuri-penerapan-sdgs-ke-12-news
Riset

Mahasiswa IPB University melakukan riset terkait eksternalitas perguruan tinggi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) ke-12 di Desa/Kelurahan Lingkar Kampus Dramaga, Bogor. Penelitian ini lolos menjadi salah satu finalis dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Penelitian Sosial Humaniora yang diadakan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa dari departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University. Tim ini terdiri dari Meina Duatidara, Dewi Hartini, dan Zakky Muhammad Noor yang dibimbing oleh Prof. Dr. Firdaus.

SDGs ke-12 memberikan target yang jelas dan terukur bagi banyak negara dan penduduknya untuk menindaklanjuti tujuan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Indikator yang digunakan di desa/kelurahan Lingkar Kampus antara lain berkaitan dengan pengelolaan sampah, bangunan ramah lingkungan, indeks kehilangan makanan, jumlah timbunan sampah, industri hijau, pengelolaan bahan kimia dan semua jenis limbah yang ramah lingkungan. 

Meina, yang merupakan Ketua Tim menyampaikan keberadaan perguruan tinggi seharusnya dapat memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sekitarnya. Banyak perguruan tinggi, termasuk IPB University melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), bersinergi mengelola program-program pengabdian kepada desa/kelurahan di lingkar kampus. Salah satu program tersebut adalah Pos Pemberdayaan Masyarakat (Posdaya) dan Jumat Keliling (Jumling).

“Secara sederhana, kondisi lingkungan sekitar kampus dapat menjadi cermin bahwa keberadaan suatu perguruan tinggi berpengaruh baik atau buruk. Hal ini berkaitan dengan konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, seiring banyak perguruan tinggi yang menambah kuota mahasiswa setiap tahun,” ujar Meina. 

Ia menambahkan, hal tersebut bisa berdampak pada perilaku masyarakat desa/kelurahan lingkar kampus yang menganggap keberadaan perguruan tinggi sebagai sarana untuk meningkatkan taraf perekonomian. Sehingga, konsumsi dan produksi menjadi tidak terkontrol, polusi meningkat, sisaan konsumsi bertambah, penggunaan air meningkat, energi listrik banyak digunakan serta peningkatan kegiatan konsumsi dan produksi lainnya.

Berdasarkan hasil riset, 10 dari 17 desa/kelurahan yang telah dikunjungi meraih capaian sebesar 65 persen dari berbagai indikator ketercapaian SDGs.  Meskipun pengelolaan sampah dirasa belum optimal, namun semua desa berhasil mencapai lebih dari 50 persen indikator, artinya ketercapaian SDGs ke-12 sudah cukup baik di Desa Lingkar Kampus IPB University.

Perlu adanya sosialiasi yang lebih lanjut terkait SDGs ini dikarenakan dari 10 desa/kelurahan yang dikunjungi tidak satupun responden yang mengetahui terkait hal ini. Indikator konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab memang hanya sebatas kebiasaan atau perilaku responden dalam memahami lingkungan.

“Fakta yang kami temukan ini menjadi bahan evaluasi bagi setiap perguruan tinggi di Indonesia dalam melihat sejauh mana ketercapaian SDGs khususnya di level pedesaan,” ujar Meina.

Tim ini berharap di masa yang akan datang, program pengabdian masyarakat dari IPB University dapat lebih memperjelas bahwa semua pihak perlu dilibatkan dan saling bekerjasama untuk mewujudkan tercapaianya SDGs. Sehingga masyarakat sadar bahwa sikap ramah lingkungan yang sudah terbentuk secara baik saat ini, tidak hanya sekedar kebiasaan semata, tetapi juga untuk menyelamatkan bumi, untuk kepentingan semua orang di dunia. (FI/Zul)