Belajar Parenting Era Digital, Himaiko IPB Hadirkan Mona Ratuliu

Belajar Parenting Era Digital, Himaiko IPB Hadirkan Mona Ratuliu

belajar-parenting-era-digital-himaiko-ipb-hadirkan-mona-ratuliu-news
Berita

Peran keilmuan terkait keluarga dan pengasuhan anak semakin penting dalam proses pembangunan sumberdaya manusia. Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (Himaiko) Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil menggelar Family and Consumer Science National Competition and Symposium(Fantasy).  Rangkaian kegiatan lomba essay dan karya tulis ilmiah di bidang keluarga ini digelar di Kampus IPB Dramaga, Bogor (18-20/10).

Dengan mengangkat tema “Smart Era-Smart Family, Adaptasi Keluarga Zaman Now untuk Keluarga yang Lebih Baik”, seminar puncak Fantasymenghadirkan Mona Ratuliu dan Indra Brasco (Penulis buku “ParenThink”), Prof. Euis Sunarti (Guru Besar Ketahanan Keluarga, Fakultas Ekologi Manusia IPB) serta Sudaryatmo, SH (Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia). Seminar ini dihadiri oleh sekira 120 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

Alfiasari, S.P, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) IPB dalam sambutannya menyampaikan pentingnya mempelajari keilmuan terkait keluarga. “Mengingat pentingnya keilmuan ini, maka di era digital ini tidak hanya cukup belajar dalam ranah formal saja, namun juga kita dituntut untuk mengikuti kegiatan lainnya yang akan memberikan wawasan dan pengetahuan luas seperti Fantasy ini,” katanya.

Menurutnya dengan perkembangan teknologi semakin pesat di era Revolusi Industri 4.0, apakah masyarakat sudah siap untuk menghadapi perubahan-perubahan ini?

“Kita semua harus mampu beradaptasi. Teknologi juga hadir dengan manfaatnya. Yakni dengan mendekatkan hubungan antar anggota keluarga semisal anak sedang menempuh kuliah di luar negeri, suami sedang dinas ke luar kota, namun hubungan keluarga tetap harmonis karena selalu berkomunikasi via video call. Kehangatan dalam keluarga tetap dapat diciptakan karena adanya teknologi,” ujar Prof Euis yang juga pendiri Penggiat Keluarga Indonesia (Giga) ini.

Dalam bidang konsumen, Sudaryatmo memaparkan fakta rendahnya Indeks Pemberdayaan Konsumen Indonesia pada tahun 2015. Yaitu hanya sekira 34,17 persen pada level paham. Perilaku pengaduan konsumen Indonesia juga sangat rendah yaitu hanya sekitar 4,1 persen dibandingkan dengan Korea Selatan yang telah mencapai 64 persen. Selain itu, masih banyak sekali permasalahan konsumen di Indonesia, salah satunya pembajakan data pribadi konsumen online.

“Terkait rendahnya data berdaya konsumen Indonesia, kita semua sebagai konsumen harus menjadi konsumen yang cerdas dengan lebih berhati-hati dan jangan sungkan untuk mengajukan complaint,” pesannya.

Mona Ratuliu dan Indra Brasco dalam talkshow sesi materi anak menjelaskan dengan ringan bahwa orang tua harus memahami karakter generasi dimana anak lahir dan tumbuh. Generasi milenial tidak lebih baik dari generasi X, generasi Z juga tidak lebih baik dari generasi milenial. Setiap generasi punya kelebihan dan karakteristik uniknya masing-masing.

“Orang tua harus pahami hal ini agar tidak menganggap selamanya pengaruh teknologi berdampak negatif bagi anak,” kata Mona.

Mona juga berpesan, orang tua di era digital harus berani untuk menjadi konsisten. Ketika anak sejak awal  diperkenalkan untuk membatasi diri dengan gadget maka seterusnya harus tetap dijaga interaksi dengan gadgetnya. Karena ketika sekali saja orang tua tidak konsisten, maka anak akan kebingungan aturan mana yang seharusnya ia ikuti.

Indra mengatakan, hal yang terpenting untuk diajarkan kepada anak sejak kecil adalah ‘kemampuan untuk berjuang’. “Stimulus bagi anak untuk tumbuh dan berkembang untuk generasi anak di era digital pun harus lebih beragam, karena tantangan ke depannya semakin sulit, sehingga perlu untuk dibekali berbagai pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupannya. Sehingga anak dapat beradaptasi dengan baik di zaman yang serba cepat berubah,” ujarnya.

Sementara itu, Wulan, selaku Ketua Pelaksana berharap di tahun-tahun ke depan, kegiatan semacam ini tetap digelar sehingga keilmuan bidang keluarga dapat diketahui lebih banyak oleh masyarakat.

Tak hanya berasal dari kalangan mahasiswa, peserta Fantasy juga hadir dari kalangan ibu yang ingin belajar pengasuhan ideal bagi keluarganya. (FI/Zul)