Pakar IPB University Paparkan Enam Strategi Industri Akuakultur dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Pakar IPB University Paparkan Enam Strategi Industri Akuakultur dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Pakar IPB University Paparkan Enam Strategi Industri Akuakultur dalam Menghadapi Perubahan Iklim
Riset

Perubahan iklim, seperti kenaikan suhu, perubahan pola curah hujan dan cuaca ekstrem, akan menimbulkan berbagai ancaman terhadap budidaya perikanan. Efeknya sangat besar terhadap kualitas air yang akan mempengaruhi kesehatan dan produktivitas sistem akuakultur secara langsung. Hal tersebut diungkapkan oleh Guru Besar Tetap bidang Ilmu Lingkungan Akuakultur IPB University, Prof Eddy Soeparno.

“Solusi untuk mengatasinya adalah menerapkan strategi pengelolaan yang efektif. Salah satu pendekatannya melalui pemahaman menyeluruh dan pemantauan terhadap parameter kualitas air yang sangat mempengaruhi kelangsungan hidup spesies perairan dan keberhasilan industri akuakultur,” jelas Prof Eddy pada Kamis, 22/2.

“Tantangan tersebut dapat diatasi dengan berbagai strategi yakni, pertama pengindentifikasian hamparan terdampak dan tidak terdampak climate change. Melalui pendekatan ini, industri akuakultur dapat secara proaktif merespons perubahan iklim dan meminimalkan risiko dampak yang dapat terjadi,” ungkapnya dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University secara daring.

Lanjutnya, strategi kedua yakni pengelolaan akuakultur berbasis kawasan. “Dengan memadukan penerapan Ecosystem Approach and Aquaculture (EAA) dalam Aquaculture Management Area (AMA), industri akuakultur dapat menjadi lebih adaptif, efisien, dan berkontribusi positif pada keseimbangan ekosistem secara keseluruhan,” ujar Dosen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University ini.

Prof Eddy memaparkan strategi ketiga, yakni monitoring dan evaluasi berbasis Early Warning System (EWS) dengan kombinasi Smart Aquaculture System dan Precision Aquaculture yang dapat menciptakan paradigma baru dalam pengelolaan akuakultur.

“Ini bukan hanya membantu meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan industri, tetapi juga membuka potensi untuk efisiensi produksi yang lebih tinggi, pengurangan dampak lingkungan dan peningkatan kualitas produk,” tuturnya.

Ia mengungkapkan strategi keempat ialah dengan pengembangan teknologi berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal. “Perpaduan inovasi teknologi seperti Recirculation Aquaculture System (RAS), akuaponik dan bioflok berbasis sumber daya lokal, akuakultur dapat menjadi lebih adaptif terhadap perubahan iklim, menciptakan sistem produksi yang berkelanjutan, dan memberikan kontribusi positif terhadap ketahanan pangan global.”

“Strategi kelima ialah penerapan ecological aquaculture dengan integrasi rekayasa warna wadah yang membuktikan bahwa inovasi teknologi dan pendekatan ekologis dapat bersinergi untuk menciptakan sistem akuakultur yang lebih adaptif dan ramah lingkungan,” ucapnya.

Strategi terakhir, lanjutnya, dengan menyusun peta jalan pengembangan akuakultur menggunakan teknologi pemantauan yang canggih, seperti sensor kecerdasan buatan dan Sistem Informasi Geografis (SIG), sehingga dapat meningkatkan akurasi dan responsibilitas peta rancangan ini.

“Diharapkan strategi yang diusulkan tersebut mampu memperbaiki kondisi kegiatan Akuakultur masa kini dan masa depan dengan tantangan perubahan iklim serta dapat memberikan peningkatan produksi akuakultur,” tutup Prof Eddy. (Lp)