Ilmu-Ilmu Dasar Penentu Revolusi Kehidupan

Ilmu-Ilmu Dasar Penentu Revolusi Kehidupan

Berita

 Ilmu dasar sangat menentukan ada atau tidaknya
revolusi kehidupan melalui inovasi teknologi. "Ilmu-ilmu dasar sangat penting
dalam perubahan di berbagai bidang diantaranya pertanian, pangan, kesehatan,
lingkungan hidup, transportasi dan sebagainya. Misalnya penggunaan fiber
optic
 mempercepat internet dan
penemuan semiconductor CCD mampu mengubah foto film menjadi era foto
digital," ungkap Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA),
Institut Pertanian Bogor (IPB),Dr.Drh. Hasim Danuri, DEA dalam Seminar
Pendidikan Sarjana IPB, Senin (30/11) di IPB Convention Center.

 

 

Ilmu-ilmu dasar tersebut
mencakup kewarganegaraan, olah raga, bahasa, IPS, agama, khususnya matematika
dan IPA.  Agama sangat menentukan
ketenangan hidup masyarakat.  Pembangunan
pertanian juga  suram tanpa pemahaman
yang baik terhadap ilmu dasar (biologi, kimia, matematika, fisika, biokimia).
Sayangnya realitas sekarang menunjukkan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
peminat ilmu-ilmu dasar dan pertanian menurun." Siswa kurang tertarik memilih
jurusan MIPA dan pertanian, karena adanya anggapan kedua jurusan tersebut ilmu
yang sulit dipelajari, sulit bekerja dan berpenghasilan rendah," papar
Dr.Hasim. Satu contoh menurut data tahun 2007, daya tampung MIPA perguruan
tinggi negeri (PTN) sebanyak 174 kursi yang kosong 5 orang, sedangkan daya tampung
perguruan tinggi swasta (PTS) sebanyak 124  
kursi kosong 61 orang.

 

 

 Kondisi ini mengkhawatirkan masa depan bangsa.
"Bukan mustahil jika sekarang kita kurang memberikan perhatian keberadaan
sumber daya manusia di bidang MIPA dan pertanian, sepuluh tahun ke depan Indonesia
mempunyai sedikit sarjana ilmu-ilmu dasar. Kita hanya menjadi pengguna
teknologi, bukan pencipta teknologi baru. Selain itu, dengan adanya kesepakatan
WTO, Indonesia
dibanjiri sarjana-sarjana MIPA dan pertanian dari Negara tetangga," imbuh Wakil
Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof.Dr.Ir.Yonny Koesmaryono.

 

 Untuk mendorong minat siswa memilih jurusan
MIPA dan pertanian perlu adanya kebijakan pemerintah terkait hal ini. Misalnya
pemberian beasiswa bagi peminat ilmu dasar seperti siswa pemenang olimpiade
ilmu-ilmu dasar yang selama ini jika kuliah malah memilih jurusan aplikatif.
"Perlu insentif dari pemerintah, seperti yang diberlakukan pada para guru,
dosen dan ilmu pendidikan," tandas Prof. Yonny.

 

Di samping itu menempatkan
staf pengajar di bidang MIPA dalam pengembangan 
strategis Negara. Prof. Yonny menambahkan guru juga berperan dalam
mempengaruhi pilihan siswanya, sehingga perlu kerjasama guru merubah mindset
para siswa.

 

Terkait Ujian Nasional (UN), Prof. Yonny mendorong pemerintah
untuk memberikan kepastian hukum. "Bila tetap diselenggarakan diharapkan UN
tidak menentukan kelulusan siswa supaya 
kebijakan ini tidak bertentangan dengan keputusan Mahkamah Agung (MA) yang
berencana meniadakan UN. UN tetap diperlukan sebagai  bentuk standarisasi Departemen Pendidikan
Nasional dan mengetahui kualitas masing-masing sekolah."

 

Dalam
kesempatan itu, menyampaikan Kepala
Sub Direktorat Hubungan
Alumni Dr. Edi Santosa, S.P., M.Si fleksibilitas alumni IPB yang dapat bekerja di berbagai
bidang merupakan keunggulan IPB . "Keunggulan alumni IPB terbentuk karena
beberapa faktor diantaranya: kampus yang multikultural, atmosfir akademik baik,
kreatifitas didorong, dasar kuat bidang science, dasar kuat bidang analitik,
kerja keras dan kerja dibawah tekanan," ujar Dr. Edi Santosa, S.P., M.Si.

 

Acara yang dihadiri 300 perwakilan SMA di Jawa Tengah, Jawa Barat,
Jakarta, Banten dan Lampung tersebut juga menampilkan narasumber Direktur
Pengkajian dan Pengembangan Akademik IPB, Ir.Lien Herlina, M.Sc, Direktur
Tingkat Persiapan Bersama IPB, Dr.Ir.Ibnu Qoyyim, Sekretaris Panitia Penerimaan
Mahasiswa Baru (PPMB), Dr. Totong Martono dan moderator Direktur Administrasi
Pendidikan IPB, Dr.Drajat Martianto. (ris)