Guru Besar IPB University Ungkap Pemanfaatan Marka Molekuler dalam Pengelolaan Diversitas Serangga

Guru Besar IPB University Ungkap Pemanfaatan Marka Molekuler dalam Pengelolaan Diversitas Serangga

Guru Besar IPB University Ungkap Pemanfaatan Marka Molekuler dalam Pengelolaan Diversitas Serangga
Riset

Prof Rika Raffiudin, Guru Besar IPB University dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) mengungkapkan bahwa marka molecular dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan diversitas serangga. Hal tersebut ia ungkapkan dalam Pra Orasi Ilmiah Guru Besar pada 8/5 secara daring.

“Pemanfaatan marka molekuler menggunakan DNA mitokondria dalam pengelolaan serangga dapat menggambarkan pemisahan kelompok serangga berdasarkan letak geografisnya, Terutama memisahkan antara wilayah Wallacea dan Non Wallacea yang dapat menjadi marka di lokasi tersebut,” ungkap Prof Rika.

DNA mitokondria (DNAmt) memiliki sifat yang diturunkan secara maternal yang dapat digunakan untuk penelusuran asal suatu organisme yang berada di luar daerah aslinya. Penggunaan DNA mitokondria pada serangga sebagai marka molecular digunakan karena mengalami laju mutase yang lebih tinggi daripada DNA inti, ” jelas dia.

Ia menyebutkan, penelitian diversitas serangga berbasis molecular di Indonesia telah dilakukan oleh Departemen Biologi FMIPA IPB University bekerja sama dengan berbagai instansi dan perguruan tinggi local. Misalnya penelitian wereng hijau Nephotettix virescens, lebah Apis cerana dan lebah hutan Apis dorsata.

“Hasil penelitian pada wereng hijau yang merupakan vektor virus tungro pada tanaman padi dapat membedakan variasi genetik yang spesifik di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Penelusuran pada lebah A. cerana yang masuk ke Australia juga dapat membuktikan asal-usul lokasi suatu serangga yang masuk ke daerah yang bukan daerah aslinya,” jelas Prof Rika

“Marka molecular dapat memperkuat asal-usul spesies serangga tertentu, menentukan dengan cepat diversitas spesies dalam suatu lingkungan, bahkan dapat menentukan jenis polen dalam suatu madu dengan metode metabarcoding menggunakan gen rbcl (Environmental DNA),” tambah Dosen Biologi FMIPA IPB University tersebut.

Ia mengungkapkan, di samping itu, aplikasi marka molekuler juga dapat digunakan untuk mempelajari fenomena spesies kompleks seperti lalat buah Bactrocera occipitalis yang penting dalam ekspor buah mangga. “Lalat tersebut memiliki karakter morfologi yang bersifat homoplasy, yakni tidak mencerminkan evolusi dan memiliki garis keturunan berbeda,” tutur Prof Rika.

“Tentunya, pemanfaatan marka molekuler ini ditujukan juga untuk mencapai tujuan global untuk pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs nomor 15 untuk menjaga ekosistem darat melalui upaya konservasi yang tepat berdasarkan hasil penelusuran marka molecular. (MW/Lp)