Marandang Basamo: IPB University dan PAPMM Siapkan Satu Ton Rendang untuk Korban Bencana di Sumatra
IPB University bersama Persatuan Alumni Pelajar dan Mahasiswa Minang (PAPMM) menginisiasi gerakan kemanusiaan “Marandang Basamo” dengan memproduksi satu ton rendang daging untuk disalurkan kepada korban bencana di Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh.
Sebanyak 150 relawan dari dosen, mahasiswa, alumni, serta masyarakat dari Jabodetabek berpartisipasi sebagai wujud kepedulian terhadap saudara sebangsa yang terdampak bencana.
Pelaksana harian (Plh) Rektor IPB University, Prof Ernan Rustiadi menyampaikan apresiasi atas kolaborasi lintas unsur yang terlibat.
“Sumatra memiliki kedekatan yang sangat kuat dengan IPB. Banyak mahasiswa, dosen, hingga alumni kami berasal dari Sumatra Barat dan Sumatra Utara. Karena itu, apa yang terjadi di sana merupakan bagian dari keluarga besar kami. IPB akan selalu hadir untuk berkontribusi,” ujar Prof Ernan.
Ia menambahkan bahwa IPB University tidak hanya berperan dalam penyaluran bantuan logistik, tetapi juga aktif mengirimkan tim ke lapangan serta berkoordinasi dengan tujuh perguruan tinggi yang ditugaskan sebagai posko dukungan bagi wilayah terdampak bencana.
Rendang yang diproduksi dalam kegiatan ini tidak hanya mengedepankan aspek gizi dan nilai budaya, tetapi juga keamanan pangan dan daya simpan. Proses pengemasan dilakukan melalui kolaborasi dengan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University serta fasilitas Mitra Tani (MT Farm) di Tegalwaru dengan metode vakum dan sterilisasi, sehingga produk dapat bertahan hingga dua tahun.
“Teknologi pangan IPB mampu menjawab tantangan di situasi darurat. Kami berharap kontribusi ini memberi manfaat nyata dan ikut mempercepat pemulihan masyarakat terdampak bencana,” tuturnya.
Wakil Ketua PAPMM, Fadli Afriadi menjelaskan bahwa gerakan ini berawal dari inisiatif alumni Minang IPB yang kemudian mendapatkan dukungan luas dari dosen, influencer, serta dunia usaha.
“Bagi masyarakat Minang, rendang bukan sekadar makanan, tetapi simbol tradisi, solidaritas, dan kebersamaan. Kami berharap rendang ini dapat menjadi penguat moril bagi para korban bencana,” ungkapnya.
Sementara itu, inisiator Marandang Basamo, Rindang Matoati, SE, MSi, menuturkan bahwa inovasi dalam pengolahan dan pengemasan rendang dilakukan agar bantuan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat terdampak.
“Kami memastikan rendang ini aman, higienis, dan tahan lama. Harapannya, bantuan benar-benar bisa dikonsumsi dengan baik, tidak terbuang, serta dapat disimpan dalam jangka panjang,” jelas dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University ini.
Selain rendang, panitia juga tengah mengupayakan penambahan nasi instan inovasi IPB University agar bantuan dapat disalurkan dalam bentuk paket santap saji siap makan.
Distribusi bantuan dilakukan melalui jaringan relawan, termasuk komunitas influencer Minang, serta berbagai platform kemanusiaan guna memastikan bantuan tersalurkan secara tepat sasaran dan memberi manfaat maksimal bagi masyarakat terdampak bencana. (AS)

