Prodi Ilmu Pengelolaan Hutan IPB University Urai Peran Vital Pengusahaan Hutan Jaga Ekosistem Hutan Lestari

Prodi Ilmu Pengelolaan Hutan IPB University Urai Peran Vital Pengusahaan Hutan Jaga Ekosistem Hutan Lestari

Prodi Ilmu Pengelolaan Hutan IPB University Urai Peran Vital Pengusahaan Hutan Jaga Ekosistem Hutan Lestari
Berita

Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University mengadakan Kuliah Umum ‘Manajemen Bisnis Usaha Kecil Kehutanan’ secara hybrid, Kamis (16/5). Kuliah umum yang diperuntukkan bagi mahasiswa Magister dan Doktor Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan IPB University ini turut menghadirkan dosen tamu, Prof Dudung Darusman.

Dosen Manajemen Hutan IPB University, Dr Bahruni mengawali paparan dengan mengurai peran pengusahaan hutan. Ia menuturkan, pengusahaan hutan memegang peranan vital dalam menciptakan kesejahteraan manusia dan menjaga ekosistem hutan yang lestari. Tanpa pengusahaan yang efisien, keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya hutan menjadi terancam.

“Pengusaha hutan berperan sebagai agen pembangunan, yakni membangun kesejahteraan, kekuatan dan kemandirian di komunitas sekitar,” paparnya.

Menurutnya, peluang usaha dalam kehutanan sangat luas, meliputi semua tahap dari pengelolaan hutan hingga produk akhir. Proses produksi ekosistem hutan pun memiliki kekhasan tersendiri, dengan ragam produk dan lokasi panen yang spesifik.

“Skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berperan penting dalam membangun ekonomi lokal yang stabil dan berkelanjutan. Jaringan usaha, baik lokal maupun nasional, turut memperbesar skala usaha, meningkatkan kualitas produk, dan memperluas akses pasar,” jelas Dr Bahruni.

Dalam memilih jenis usaha di bidang kehutanan, pertimbangan atas potensi sumber daya, peluang pasar dan karakteristik produk menjadi kunci.
Tahap awal usaha akan menawarkan tantangan, tetapi juga peluang untuk pembelajaran dan inovasi yang dapat mengarah pada kesuksesan jangka panjang.

“Budaya dalam perusahaan menjadi fokus utama dalam pembangunan efisiensi dan kesejahteraan di era ini. Mengubah efisiensi menjadi kebiasaan tidak hanya membuat proses bisnis lebih hemat biaya dan produktif,” urainya.

Oleh sebab itu, ia menambahkan bahwa dalam budaya ini, pelaku pasar dan pemimpin harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang ekonomi usaha dan pasar. Mereka juga mesti berani untuk mengambil langkah-langkah efisien dalam mengelola bisnis.

Prof Dudung Darusman dalam kuliah umum ini memaparkan bahwa dinamika budaya perusahaan menuntut adaptasi terus-menerus sesuai dengan kondisi masyarakat dan tantangan eksternal. Kemajuan budaya korporat dapat dilihat dari pergeseran dari model berbasis perintah menuju model berbasis pengetahuan. Hal tersebut memberikan ruang bagi inovasi, kolaborasi, dan keberhasilan bersama.

Meski demikian, lanjut dia, masih ada tantangan dalam mengubah budaya lama yang menghambat produktivitas, seperti individualisme yang berlebihan, mencari keuntungan pribadi tanpa mempertimbangkan hasil akhir, serta pola hidup yang berorientasi pada persaingan daripada kerja sama.

“Oleh karenanya dibutuhkan budaya baru yang lebih inklusif, berorientasi pada hasil bersama, dan berbagi sumber daya menjadi kunci untuk menghadapi tantangan dan membangun masa depan yang lebih baik,” jelas Prof Dudung. (*/Rz)