Dosen IPB University Tingkatkan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga melalui Pengolahan Maggot Kering

Dosen IPB University Tingkatkan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga melalui Pengolahan Maggot Kering

Dosen IPB University Tingkatkan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga melalui Pengolahan Maggot Kering
Berita

Program Dosen Mengabdi Inovasi IPB University menjadi momentum bagi para dosen untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat. Lewat program ini, dua dosen IPB University, Dr Kastana Sapanli dan Muhamad Arifin, SPt, MSi berupaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Upaya tersebut ditempuh melalui pelatihan pengolahan food waste dengan maggot kering yang ditujukan kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) IPAL di Muntok, Bangka Barat.

“Maggot menjadi viral saat ini karena kemampuannya mengurai food waste atau sampah organik lainnya sehingga dapat menanggulangi permasalahan sampah. Pelatihan maggot kering ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi KWT IPAL Mentok Bangka Barat,” ungkap Dr Kastana.

Ia menjelaskan bahwa maggot merupakan larva dari lalat black soldier fly (BSF) yang tidak menjadi vektor penyakit seperti lalat pada umumnya. Karena itulah, lalat BSF aman untuk dibudidayakan.

“Lalat BSF akan menghasilkan ratusan telur yang akan menjadi baby maggot atau larva kecil dalam waktu sekitar 2-3 hari, kemudian maggot akan bisa dipanen pada umur 14-21 hari,” tuturnya.

Maggot segar hasil panen dapat langsung diberikan ke ternak untuk pakan ayam, bebek atau lele. Namun, kata Dr Kastana, pemberian sebagai pakan ternak juga dapat berupa maggot yang sudah dikeringkan. Pengeringan maggot dilakukan untuk memudahkan penyimpanan serta memperlama umur simpan.

Sementara itu, Muhamad Arifin mengatakan bahwa pengolahan maggot kering dapat meningkatkan nilai tambah maggot. Harga maggot kering saat ini di pasaran berkisar Rp 50.000-150.000 per kg.

“Pengeringan maggot dapat dilakukan dengan cara yang paling sederhana, yaitu dengan cara disangrai menggunakan pasir. Warga di Mentok menggunakan pasir pantai yang sudah disaring halus karena daerah ini merupakan daerah pesisir pantai,” ucapnya.

Lebih lanjut ia mengurai, maggot yang siap untuk dikeringkan dibersihkan terlebih dahulu dari kasgot (bekas pakan maggot) dengan air mengalir. Setelah itu, maggot dimatikan terlebih dahulu dengan menggunakan air panas.

“Maggot kemudian dimasukkan ke dalam wajan yang sudah berisi pasir panas dengan perbandingan 1:2. Maggot disangrai selama kurang lebih 15 menit dan diaduk terus menerus,” imbuh dia.

Pada saat maggot dipanaskan, kondisinya akan mengempes terlebih dahului kemudian akan mengembang kembali hingga terdengar suara meletup yang menandakan proses pemanasan sudah selesai. (*/Rz)