Mahasiswa IPB University Kaji Usaha Abon Lele di Boyolali

Mahasiswa IPB University Kaji Usaha Abon Lele di Boyolali

mahasiswa-ipb-university-kaji-usaha-abon-lele-di-boyolali-news
Riset

Mahasiswa IPB University dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Mukhamad Khirzan Adil Wafi, melakukan riset tentang pemanfaat lele tak lolos sortir menjadi abon di Boyolali. Lele ukuran besar biasanya tidak lolos sortir dan memiliki nilai jual yang rendah. Oleh warga Boyolali, lele ukuran besar ini diolah menjadi abon.

Berdasarkan hasil penelitiannya yang dibimbing oleh Dr Ir Netti Tinaprilla, MM, abon lele sudah menjadi salah satu produk oleh-oleh dan ikon kota Boyolali. Dalam risetnya, Adil membandingkan nilai usaha pengolahan abon lele dari penggunaan teknologi tinggi dan usaha pengolahan abon dengan teknologi rendah.

“Usaha pengolahan teknologi tinggi memiliki rasio nilai tambah sebesar 58.12 persen, sedangkan usaha pengolahan teknologi rendah memiliki rasio nilai tambah sebesar 21.39 persen. Teknologi berpengaruh terhadap efektivitas produksi dan meningkatkan nilai jual abon lele. Masing-masing UMKM memiliki cara dan teknologi tersendiri dalam melakukan pengolahan sehingga output yang tercipta juga akan berbeda antara UMKM satu dengan yang lain. Output yang berbeda ini akan menghasilkan nilai tambah dan profitabilitas usaha yang berbeda dari setiap UMKM,” ujarnya.

Menurutnya, usaha pengolahan dengan teknologi rendah hanya mampu memproduksi paling banyak 80 kilogram ikan lele dalam satu kali produksi. Berbeda dengan usaha pengolahan teknologi tinggi yang mampu memproduksi sebanyak 150 kilogram dalam satu kali produksi.

Usaha pengolahan dengan teknologi rendah akan menghasilkan output yang lebih rendah daripada usaha pengolahan dengan teknologi tinggi. Hal tersebut karena pengadukan yang kurang stabil (karena dilakukan secara manual) sehingga rasa serta warnanya berbeda dengan output milik usaha pengolahan teknologi tinggi.

Selain itu, usaha pengolahan dengan teknologi rendah membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan usaha pengolahan dengan teknologi tinggi. Dalam satu kali produksi dengan jumlah tenaga kerja yang sama, yaitu sebanyak lima orang, usaha pengolahan dengan teknologi rendah maksimal hanya bisa mengolah lele sebanyak 75 kilogram dan membutuhkan tiga buah kompor gas. Sementara usaha pengolahan dengan teknologi tinggi hanya membutuhkan satu mesin untuk mengolah 150 kilogram lele. (dh/Zul)

Keyword: abon lele, ikan lele, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB University