FDC IPB Ungkap Surga Tersembunyi Di Pesisir Timur Kei Besar

FDC IPB Ungkap Surga Tersembunyi Di Pesisir Timur Kei Besar

fdc-ipb-ungkap-surga-tersembunyi-di-pesisir-timur-kei-besar-news
Berita

Pada tahun 2016,  Kementerian Pariwisata menganugerahkan gelar “Surga Tersembunyi Terpopuler” pada Kepulauan Kei, Maluku. Pada awal tahun 2019 ini sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam organisasi mahasiswa Fisheries Diving Club  (FDC) Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkapkan surga tersembunyinya dalam  Seminar Hasil Eksplorasi Bahari dan Sosial Budaya yang dilakukan pada Ekspedisi Zooxanthellae XV, Selasa (5/2) di Auditorium Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga, Bogor.   “Acara ini diharapkan membuka wawasan sivitas FPIK IPB tentang potensi Pesisir Timur Kei Besar,” ujar Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB,  Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc dalam sambutannya.

Seminar hasil ini dibuka dengan tarian daerah selamat datang dari Kei yaitu tarian kipas yang dibawakan oleh beberapa anggota FDC untuk menyambut para peserta dan tamu undangan yang hadir dalam acara ini. Kemudian acara dilanjutkan  seminar hasil yang memaparkan kondisi bahari dan sosial budaya di Pesisir Timur Kei Besar yang menjadi lokasi ekspedisi. “Secara umum kondisi ekosistem terumbu karang yang terdapat di lokasi pengamatan masih dalam kondisi yang baik dan cukup terjaga,” ujar Siti Khodijah, salah satu anggota FDC IPB. Menurut Siti, selain itu faktor budaya “Sasi” juga turut andil dalam menjaga kelestarian ekosistem. Sasi ini seperti hukum laut yang mengatur pemanfaatan hewan laut seperti ikan, teripang, kerang di lokasi tertentu yang dilindungi.

Berbagai tokoh yang menjadi narasumber dalam Talkshow bertajuk “Menapaki Tanah Kei dengan Ekowisata Bahari berbasis Kearifan Lokal” ini diantaranya dosen FPIK-IPB yang menggeluti sektor wisata dan konservasi, Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc, Wakil Bupati Maluku Tenggara,  Ir. Petrus Beruatwarin, M.Si, dan Andreas Hero Ohoiulun sebagai Project Leader WWF IBAS. “Tidak perlu ke luar negeri untuk mendapatkan eksotika wisata, karena semua sudah tersedia di Kei. Jangan anggap semua ini warisan nenek moyang kita, namun ini adalah titipan untuk anak cucu kita,” ujar Hero sebagai salah satu narasumber dalam talkshow ini. “Apabila kita jaga alam, maka alam akan jaga kita,” menjadi kalimat penutup yang diungkap Petrus Beruatwarin.

Setelah talkshow berakhir para peserta seminar diajak untuk bergoyang bersama dalam goyang Meti Kei.  Hadir dalam acara ini Klub Selam dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).  (FRD/ris)