Mahasiswa IPB Ajarkan Sejarah pada Anak Lewat Permainan

Mahasiswa IPB Ajarkan Sejarah pada Anak Lewat Permainan

mahasiswa-ipb-ajarkan-sejarah-pada-anak-lewat-permainan-news
Prestasi

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya. Presiden Soekarno pernah mengatakan “Jas Merah” yang merupakan akronim dari kalimat jangan sekali-kali melupakan sejarah. Namun di era modern seperti saat ini, ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap sejarah dan budaya masih sangat rendah. Menurut data dari BPS pada tahun 2015, persentase penduduk yang mengunjungi peninggalan sejarah atau warisan budaya hanya sekitar 6,43 persen.

Mengenalkan sejarah dan budaya bangsa perlu dilakukan sejak usia dini. Anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, sehingga diperlukan kerjasama orang tua dengan orang di sekitar anak untuk memberikan edukasi yang bermanfaat. Salah satunya yaitu dengan memperkenalkan sejarah dan budaya serta menanamkan karakter baik sejak dini. Dalam praktiknya perlu usaha yang optimal untuk memperkenalkan sejarah dengan cara yang kreatif dan inovatif pada anak-anak.

Tanti Setiowati mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga ketua PKMM (Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat) bersama timnya yaitu Velia Deby Rahmawati, Erwinda Della Rizmadayanti, Retno Widuri dan Yogi Priyo Pradana melakukan pengamatan pada sebuah Sekolah Dasar yang ada di Kabupaten Bogor. Adalah SD Negeri Dukuh 04 yang terletak di Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang menjadi sasaran tim ini.

Kondisi bangunan di SD Negeri Dukuh 04 sudah rusak dan tidak layak pakai. Ruang kelas dan ruang guru berukuran 49 meter persegi. Renovasi terakhir dilakukan pada ruang kelas dua karena bencana longsor yang terjadi pada tahun 2010. Ruang antara Kepala Sekolah dengan guru yang lainnya hanya dibatasi dengan triplek dan rak buku. Kondisi lingkungan di sekitar sekolah juga buruk, sampah sampah berserakan di sekitar sekolah.

Terdapat 151 siswa dengan jumlah 84 siswa putra serta 67 siswa putri yang bersekolah di SD Negeri Dukuh 04. Pegawai berjumlah sebelas orang, sudah termasuk kepala sekolah, guru pengajar, operator, serta tata usaha.

Kondisi pergaulan siswa di SD ini dapat dikatakan kurang baik. Para siswa sering mengucapkan kata-kata kasar satu sama lain, selain itu juga terjadi ejekan-ejekan untuk menjelekkan teman mereka sendiri. Kondisi tersebut sangat bertolak belakang dengan karakter nilai luhur bangsa. Kesadaran para siswa terhadap pendidikan, terutama sejarah dan budaya masih sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan belajar sejarah dan budaya hanya dilakukan melalui pembelajaran di kelas tanpa ada kegiatan pendukung lainnya. Faktor lainnya juga karena terbatasnya metode-metode yang diterapkan untuk meningkatkan minat belajar siswa.

Oleh karena itu Tanti dan tim memperkenalkan sebuah metode pengenalan sejarah dan budaya yang menarik dan menyenangkan, yaitu Histodu (History Education) dalam program pengabdiannya. Permainan Histodu dimainkan oleh maksismal 5 pemain dengan menggunakan satu set kartu Histodu yang berjumlah 32 kartu.

Pemain berkompetisi mengumpulkan 4 kartu yang sejenis sebanyak-banyaknya. Permainan dipimpin seorang mentor. Permainan dimulai dengan mengocok kartu dan dibagikan kepada pemain masing-masing 4 kartu. Pemain pertama membacakan salah satu judul kartu, pemain lain wajib menyebutkan berapa banyak kartu yang memiliki judul yang sama dengan yang disebutkan pemain pertama.

“Jika pemain lain memiliki kartu dengan judul yang sama dengan yang disebutkan, maka pemain pertama harus menebak kata yang berhuruf kapital pada kartu pemain tersebut. Jika kata yang ditebak benar, pemain lain yang memiliki kartu harus menyerahkan kartu tersebut kepada pemain pertama dan melaksanakan hukuman yang dibacakan pemain pertama. Hukuman tertera di bawah kartu, misalnya berikan contoh sifat ramah. Jika pemain pertama salah menebak atau pemain lain tidak mempunyai kartu dengan judul yang sama, maka pemain pertama mengambil kartu yang ada di tumpukan kartu,” tutur Tanti, mahasiswa dari Departemen Agribisnis.

Pemenang dari permainan kartu ini adalah mereka yang paling banyak atau paling pertama mengumpulkan kartu-kartu sejenis.

Ada beberapa kegiatan  yang termasuk dalam program PKM ini yakni Makasar (Main Kartu Sambil Belajar). Peserta dikenalkan dengan permainan kartu kuartet Histodu, simulasi permainan, dan pembagian buku panduan. Ada juga Kediri (Kreativitas dan Pengembangan Diri) dengan kegiatan pembuatan mozaik gambar pahlawan Indonesia yang dibuat oleh peserta dengan bahan yang disediakan.

Selain itu ada Padjajaran (Pemutaran Dua Jam Pelajaran Perjuangan), peserta akan dipertontonkan film berisikan perjuangan pahlawan melawan penjajahan. Terakhir adalah Singasari (Singgah Sejenak dan Pelajari), yakni kegiatan outbond yang disertai dengan pos-pos permainan yang diharapkan dapat menumbuhkan karakter anak-anak sesuai dengan nilai luhur bangsa.

“Melalui Histodu kami berusaha memperkenalkan sejarah dan budaya serta membentuk karakter anak-anak yang sesuai nilai luhur bangsa dengan metode yang menyenangkan dan menarik,” terangnya. (IR/Zul)