IPB Teliti Tingkat Kecukupan Cairan Pasien Gangguan Jiwa

IPB Teliti Tingkat Kecukupan Cairan Pasien Gangguan Jiwa

IPB-TELITI-TINGKAT-KECUKUPAN-CAIRAN-PASIEN-GANGGUAN-JIWA-PROF-HADI
Riset

Air merupakan senyawa esensial yang keberadaannya sangat diperlukan untuk proses kehidupan. Tubuh manusia terdiri dari 55-75 persen air. Kekurangan cairan (dehidrasi) bisa memberikan efek buruk pada suasana hati, kemampuan berkonsentrasi, merasa lelah dan berkurangnya kinerja kognitif, khususnya kewaspadaan.

Rasa haus merupakan mekanisme utama untuk merangsang minum yang memadai. Dalam kondisi normal, ketika berbagai makanan dan minuman tersedia, asupan cairan sendirinya cenderung melebihi volume yang dibutuhkan. 

Bagi pasien gangguan jiwa yang memiliki ketidaksensitifan akan rasa haus, dehidrasi akan terjadi dengan sendirinya. Selain itu, perilaku makan yang berbeda-beda (laki-laki maupun perempuan) seperti nafsu makan yang tidak teratur juga mempengaruhi. Ketidakteraturan bisa karena adanya halusinasi, keinginan bunuh diri, hiperaktif, hipertim (keadaan yang sangat menggembirakan), hipotim (keadaan yang sangat menyedihkan), dan suasana baru yang mencekam dan membosankan. Obat-obatan yang biasanya diberikan kepada pasien memberi efek berupa mulut kering.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB), pasien gangguan jiwa wanita masuk dalam kategori berlebih. Sedangkan pasien gangguan jiwa laki-laki masuk dalam kategori cukup. 

Mochamad Enra Sujanawan dan Hadi Riyadi selaku peneliti IPB melakukan pengamatan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor pada Tahun 2014. Riset yang telah dipublikasikan di Jurnal Gizi dan Pangan, Juli 2014 ini dilakukan pada pasien gangguan jiwa rawat inap kelas III, berusia 17-45 tahun, tidak disertai penyakit lain, kondisi tenang dan dapat makan sendiri. 

“Selain itu, pasien dapat diajak kerjasama seperti mau diukur tinggi badan dan berat badannya serta dapat diamati asupannya selama tiga hari. Jumlah pasien yang diamati sepuluh orang pasien laki-laki dan tiga orang pasien wanita,” ujar Enra.(zul)