Kutai Kartanegara Gandeng IPB dalam Pengembangan Jarak Pagar

Kutai Kartanegara Gandeng IPB dalam Pengembangan Jarak Pagar

Berita

Kabupaten Kutai Kartanegara menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam pengembangan Jarak Pagar. Kerjasama dituangkan dalam MOU yang ditandatangani oleh Bupati Kutai Kartanegara, Prof. Syaukani HR. MM dengan Rektor IPB, Prof. H.A.A.Mattjik, M.Sc., (16/5) di Hotel Salak, Bogor.

Penandatanganan dikakukan pada pembukaan kegiatan workshop ”Pendirian Kebun Bibit Sumber, Demplot dan Feasibility Study untuk Perkebunan Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn) yang digelar oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi – Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM –IPB) /Surfactant and Bioenergy Research Centre (SBRC – LPPM IPB).

Gubernur Kutai Kartanegara dalam sambutan mengatakan, kerjasama yang dilakukan taklain untuk memberikan solusi krisis bahan bakar dengan pengadaan bahan bakar minyak nabati jarak pagar di samping Kelapa Sawit.

”Kita akan mencoba menganalisa mana yang lebih mendukung dan menjanjikan diantara Kelapa Sawit dan Jarak Pagar. Jika Jarak pagar lebih efektif dan efisien maka kita akan mencoba untuk membudidayakannya,” ujarnya.

Menurutnya, jarak pagar yang bisa hidup pada lahan-lahan kritis dan marginal tersebut sesuai dengan potensi lahan yang dimiliki oleh Kabupaten Kutai yang memiliki lahan kritis seluas 23.015 Ha dan lahan fungsional 504.271 Ha.

Selain potensi lahan, ada beberapa faktor pendukung lainnya, yaitu kondisi agroklimat yang memadai, adanya kebijakan pemerintah melalui program Gerbang Dayaku Tahap II dan aspirasi masyarakatnya mendukung.

”Dengan potensi yang kita miliki itu dimungkinkan untuk mengembangkan jarak pagar di Kabupaten Kutai,” ujarnya.

Beliau menjelaskan, dari aspek ekonomi pengembangan jarak pagar akan memberikan dampak positif bagi semua pihak, terutama petani dan masyarakat di sana.

Diantarnya, akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat, menunjang usaha konservasi lahan terutama dalam pemanfaatan lahan-lahan kritis dan marginal.

”Budidaya jarak pagar di Kutai juga bisa dilakukan pada lahan-lahan pasca penambangan batu bara. Dengan seperti itu diharapkan Pendapatan Asli Daerah juga akan terdongkrak,” paparnya.

Namun, salah satu hal terpenting sebagaimana dikatakannya, investor yang mengembangkan jarak pagar dan petani harus memiliki hubungan yang baik dalam meningkatkan pendapatan.

”Investor terkait yang menangani budidaya jarak pagar di Kutai Katanegara, harus sesuai dengan kepentingan masyarakat dan dapat meningkatkan pendapatan petani di sana.

Sementara, Rektor IPB dalam kesempatan yang sama mengatakan, IPB sebagai lembaga institusi perguruan tinggi pertanian di Indonesia telah dapat membudidayakan berbagai bibit unggul terbaik, salah satunya jarak pagar.

”Bukan itu saja mesin pengolahannya dengan kapasitas 30-40 kg sudah bisa dibuat juga. Dengan potensi yang ada, mudah-mudahan pengadaan bahan bakar nabati bisa dengan cepat dapat direalisasikan,” ujarnya.

Rektor IPB juga mengharapkan, budidaya jarak yang telah diatur dalam kebijakan peraturan pemerintan dan inpres itu bisa dibudidayakan oleh masyarakat luas.

”Saya mengharapkan tanaman jarak pagar bisa ditanam di pekarangan rumah warga, sehingga kedepannya akan lebih membudaya. Dari aspek ekonomi juga akan membantu mereka,” ujarnya. (man/ris)