Ketika Istana Diduduki Rayap

Ketika Istana Diduduki Rayap

Berita

Entah sejak kapan sepasukan perusak itu mulai memasuki kawasan Istana Merdeka, kediaman resmi Presiden Yudhoyono. Layaknya pasukan khusus, gerakan mereka nyaris tak terdeteksi Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang berjaga di sana siang-malam.

Tahu-tahu kawanan itu kini ditengarai telah bermarkas di plafon ruang kerja Presiden, mengintai setiap lembar rahasia negara dan pekerjaan Presiden dari hari ke hari. ”Saya sempat diundang ke Istana Merdeka untuk memastikan benar tidaknya Istana diserang koloni rayap. Benar saja, yang utuh dari plafon ruang kerja Presiden tinggal kerangka alumuniumnya saja,” kata Surjono Surjokusumo, seorang profesor dan ahli rayap dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Menurut pengamatan Surjono, yang kala itu diundang bersama koleganya sesama ahli rayap, Rudolf Christian Tarumingkeng, plafon tersebut sangat rawan jatuh menimpa siapa yang ada di bawahnya setiap waktu.

Padahal, selain dipergunakan untuk mengurusi masalah kenegaraan sehari-hari, di ruang itu pula Presiden Yudhoyono biasa menerima tamu negara. Bisa dibayangkan, misalnya, betapa akan menjadi perhatian dunia, bila atap itu jatuh menimpa seorang kepala negara sahabat di tengah kunjungan resminya. Alih-alih menutup setiap lubang yang memungkinkan teroris mengambil kesempatan mengacau, ujung-ujungnya Paspampres justru rawan dipermalukan rayap.

Tampaknya pertimbangan itulah yang membuat Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, tanggap mengambil prakarsa. Istana Merdeka, menurut Djoko Selasa (28/3) pekan lalu, dinyatakan akan dirombak. Djoko mengatakan, bangunan Istana Negara yang terletak di Jalan Veteran, Jakarta Pusat, akan mengalami perombakan, karena akan dijadikan tempat tinggal sementara Presiden Yudhoyono. ”Perombakan Istana Negara itu kita jadwalkan selesai dalam tempo satu bulan,” kata Djoko, saat itu.

Perombakan Istana Negara itu sendiri, kata Djoko, akan diikuti dengan perombakan Istana Merdeka, yakni kediaman resmi Presiden dan keluarga saat ini. Ada pun perbaikan Istana Merdeka, menurut Djoko diperkirakan akan memakan waktu sekitar tujuh bulan. Namun saat itu Djoko belum merinci berapa besar biaya yang diperlukan untuk merenovasi Istana Negara dan Istana Merdeka itu. Djoko hanya mengungkapkan, perombakan itu diperlukan karena kondisi kedua gedung tersebut dinilai sudah sangat membahayakan untuk ditinggali Kepala Negara.

Ternyata, meski kini telah menjadi ‘persoalan negara’, problematika yang ditimbulkan rayap telah menjadi persoalan sehari-hari kota besar seperti Jakarta. Surjono mengatakan, sejak 1983, tim rayap IPB telah melakukan penelitian intensif. Hasilnya, mereka menemukan perkembangan luar biasa mengenai serangga perusak tersebut. Menurut Surjono, bila dulu rayap hanya doyan menyerang rumah-rumah di sekitar daerah pertanian dan perkebunan, kini serangga yang memiliki gigi pengerat itu sudah terbiasa menyerang bangunan-bangunan pencakar langit dan gedung pusat perbelanjaan megah.

Surjono menunjuk gedung-gedung megah seperti Plaza Gajah Mada, Apartemen Semanggi dan Taman Rasuna Said, juga potensial digarap rayap. Bukan hanya itu. ”Lebih dari 50 persen gedung bertingkat di Jakarta kini telah terserang rayap,” kata Surjono. Menurutnya, serangan rayap pada bangunan bertingkat menarik untuk dicermati, karena berkaitan dengan kemampuan serangga dari marga Isoptera itu menembus penghalang fisik yang ada.

”Coba lihat,” kata Surjono, ”Padahal bangunan bertingkat umumnya memiliki struktur yang sangat kokoh. Struktur bawah bangunan bahkan umumnya beton bertulang yang secara konstruksi mustahil dapat dilalui rayap.” Pada bangunan bertingkat tinggi, rayap biasanya menyerang bagian ornamen bangunan atau interior ruangan, dari furnitur, dokumen yang disimpan sembarangan, hingga wallpaper, dan gipsum.

Pernyataan Surjono dikuatkan koleganya, Rudolf Tarumingkeng. Rudolf bahkan memberikan analogi. Sebagaimana halnya manusia yang cenderung ingin mencoba berbagai menu yang tersedia, rayap pun seolah mengikuti perkembangan zaman. ”Mereka mungkin ingin tahu berbagai ‘makanan’ baru selain serat kayu,” kata dia. Karena itu, jangan heran bila gipsum pun mereka lahap.

Kerugian yang ditimbulkan rayap bisa dikira-kira dengan merujuk prakiraan yang diungkap ahli rayap lainnya, DR Dodi Nandika. Menurut guru besar IPB itu, saat ini ada sekitar 200 jenis rayap yang hidup di Indonesia. ”Lima persen atau sekitar 10 jenis di antaranya menjadi musuh manusia,” kata Dodi. Jumlah rayap yang mendiami suatu wilayah mungkin bisa membuat kita ngeri. Betapa tidak, bila jumlah makhluk yang diduga telah hidup lebih dari 200 juta tahun lalu lebih tua dari manusia pertama itu, bisa mencapai jutaan untuk sebuah koloni. ”Penelitian kami, untuk luas wilayah 295 meter persegi saja, populasi rayap di Jakarta bisa mencapai 1,7 juta ekor. Sedang jarak jelajah maksimal mereka 118 meter,” kata Dodi.

Lebih lanjut Dodi mengatakan, dengan berat tubuh sekitar 2,5 miligram per ekor, seekor rayap memerlukan makanan sekitar 0,24 miligram setiap hari. ”Hitung saja, berapa kilogram kayu yang diperlukan satu koloni rayap di Jakarta setiap hari,” kata Dodi. Ia sendiri menaksir, pada 1998 saja, kerugian akibat rayap hanya untuk bangunan rumah tinggal mencapai Rp 1,6 triliun. ”Itu pun yang dihitung hanya kayu. Belum termasuk tenaga kerja dan ongkos pengganti kerusakan yang timbul,” kata Dodi. Jadi, kira-kira berapa juta musuh yang hinga kini masih bermarkas di atas ruang kerja Presiden itu, ya? (dsy/ant/ris/man )