Teknologi Zeoponik Atasi Penurunan Kualitas Tanah di Tegalrejo, Temanggung
Tim Dosen Pulang Kampung (Dospulkam) IPB University memperkenalkan teknologi zeoponik kepada para petani tembakau dan hortikultura di Desa Tegalrejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung (29/9).
Zeoponik merupakan media tanam berbasis zeolit alam. Inovasi ini dikembangkan IPB University sebagai teknologi ramah lingkungan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan mempertahankan kesuburan tanah di wilayah pertanian pegunungan.
Kepala Desa Tegalrejo, Agus Nuryanto menyampaikan apresiasi atas kehadiran IPB University yang dinilai membawa solusi nyata untuk mengatasi penurunan kualitas tanah dan produktivitas tanaman.
“Kami sangat berterima kasih kepada IPB yang datang langsung memberi ilmu baru bagi petani kami. Ke depan, kami berharap Desa Tegalrejo bisa mengembangkan BUMDes (badan usaha milik desa) yang mampu memproduksi media zeoponik sendiri,” ujar Agus.
Tim dipimpin Prof Suwardi bersama Dr Khursatul Munibah, Dr Dyah Tjahyandari Suryaningtyas, Ir Hermanu Widjaja, MScAgr, dan Putri Oktariani, SP, MAgr. Peserta terdiri dari beberapa gabungan kelompok tani (Gapoktan), seperti Ayo Makaryo, Bumirejo-1, Bumirejo-2, dan Guyup Rukun.
Dalam praktik pembuatan media tanam, Prof Suwardi menjelaskan bahwa zeolit memiliki kemampuan menstabilkan daya hantar listrik (DHL) di dalam media. Zeolit juga mampu mencegah lonjakan garam dan menjaga unsur hara agar tidak mudah tercuci.
“Hal ini memungkinkan tanaman menyerap nutrisi secara seimbang dan tumbuh lebih sehat,” jelasnya.
Para peserta turut mencampur bahan-bahan seperti zeolit, kompos, cocopeat, dan pupuk. Mereka juga belajar mengukur pH dan DHL untuk memastikan media tanam berada pada kondisi optimal.
“Zeoponik bisa membantu petani menghemat pupuk dan air, serta membuat pertumbuhan bibit lebih stabil,” jelas Prof Suwardi kepada peserta saat demonstrasi lapang.
Inovasi Zeoponik
Teknologi zeoponik dikembangkan IPB University sejak tahun 2021 sebagai media tanam inovatif untuk pembibitan tanaman hortikultura, kehutanan, dan tanaman hias.
Dibandingkan media konvensional, zeoponik mampu menyimpan air dan unsur hara lebih lama, sekaligus memperbaiki struktur tanah dan mendukung aktivitas mikroorganisme yang penting bagi pertumbuhan tanaman.
Inovasi ini lahir dari hasil penelitian jangka panjang yang menggabungkan ilmu tanah, rekayasa bahan mineral, dan teknologi lingkungan, menjadikannya solusi praktis bagi daerah dengan tanah marginal dan ketersediaan air terbatas. Media zeoponik cocok untuk tanaman tembakau dan hortikultura seperti cabai, terung, sawi yang banyak dijumpai.
Selain praktik dan diskusi, tim melakukan pendampingan awal untuk membantu petani menyiapkan bahan lokal yang bisa diadaptasi sebagai komponen zeoponik, sehingga teknologi ini dapat diterapkan secara mandiri oleh masyarakat.
“Kami berharap kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan, agar petani di daerah semakin melek teknologi dan bisa mengembangkan usaha berbasis sumber daya lokal,” ungkap Dr Khursatul Munibah. (*/Rz)
