Seratus Remaja Bogor Ikuti Wisuda Sekolah Pranikah, Cara IPB University dan Pemkab Bogor Cegah Perkawinan Anak

Seratus Remaja Bogor Ikuti Wisuda Sekolah Pranikah, Cara IPB University dan Pemkab Bogor Cegah Perkawinan Anak

seratus-remaja-bogor-ikuti-wisuda-sekolah-pranikah-cara-ipb-university-dan-pemkab-bogor-cegah-perkawinan-anak
Berita

Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB University bekerja sama dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor menyelenggarakan Wisuda Sekolah Pranikah Angkatan ke-2 di Gedung Serba Guna 1 Cibinong, Sabtu (13/12). Program ini melibatkan 100 remaja usia 13–19 tahun dari Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, dan Desa Tangkil, Kecamatan Caringin.

Kepala PKGA IPB University, Dr Yulina Eva Riany, menegaskan bahwa tingginya angka perkawinan anak di Indonesia merupakan salah satu potret kegagalan perlindungan anak. Perkawinan anak bukan hanya masalah pernikahan di bawah umur. Lebih dari itu, hal ini menjadi salah satu indikator penentu Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

“Perkawinan anak berkaitan signifikan dengan tingginya angka stunting, kesakitan dan kematian ibu-anak, rendahnya kualitas ekonomi, serta tingginya angka putus sekolah,” jelasnya.

Ia menambahkan, salah satu persoalan mendasar adalah tingginya kehamilan di luar pernikahan akibat rendahnya pengetahuan remaja terhadap risiko pergaulan bebas.

Data Kabupaten Bogor memperlihatkan urgensi intervensi tersebut. Kepala DP3AP2KB Kabupaten Bogor, Sussy Rahayu Agustini, menyampaikan bahwa dari sekitar 5,8 juta penduduk, terdapat 1,78 juta anak di bawah usia 18 tahun.  Jawa Barat masih menjadi provinsi dengan angka absolut perkawinan anak tertinggi secara nasional.

Program Sekolah Pranikah Angkatan ke-2 ini melanjutkan keberhasilan angkatan pertama yang digelar Februari 2025 di Kecamatan Bojong Gede dengan 70 peserta. Selama pelaksanaan pada November 2025, peserta memperoleh delapan materi utama yang disampaikan oleh 11 narasumber IPB University lintas fakultas, mencakup dampak perkawinan anak, perencanaan pernikahan, kesehatan reproduksi, gizi, literasi finansial, hingga perencanaan masa depan.

Mewakili Bupati Bogor, Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika, menyebut Sekolah Pranikah sebagai benteng penting bagi generasi muda.

“Edukasi pranikah menjadi langkah strategis membentuk karakter, moral, dan kesiapan mental remaja menghadapi tantangan yang semakin kompleks,” ujarnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Prof Sofyan Sjaf, menekankan bahwa pernikahan usia dini berpotensi menurunkan kualitas sumber daya manusia.

“Program ini memberi ruang pembelajaran agar anak-anak tidak menikah terlalu dini dan lebih siap menata masa depan,” tegasnya.

Para peserta menyatakan program ini membantu mereka memahami bahwa pernikahan adalah keputusan besar yang memerlukan kesiapan mental, pendidikan, dan finansial. Sekolah Pranikah 2025 menjadi langkah konkret kolaborasi IPB University dan Pemkab Bogor dalam membangun generasi muda yang lebih berdaya, berkarakter, dan terlindungi. (*/Rz)