Lepas 119 Pegawai Purnabakti, Rektor: IPB University Selalu Menjadi Rumah
IPB University memberikan apresiasi dan melepas sebanyak 119 dosen dan tenaga kependidikan (tendik) yang memasuki masa purnabakti tahun 2025.
Rektor IPB University, Dr Alim Setiawan Slamet, menyampaikan bahwa purnabakti bukanlah perpisahan, melainkan penanda perjalanan panjang yang penuh makna dan kehormatan. Ia menegaskan IPB University berdiri di atas nilai keteladanan, dedikasi, kesabaran, ketulusan, dan integritas para dosen dan tendik.
“Apa yang telah Bapak dan Ibu tinggalkan adalah legacy yang akan terus berlanjut. IPB akan selalu menjadi rumah bagi Bapak dan Ibu,” kata Rektor saat Pelepasan dan Apresiasi Purnabakti Pegawai IPB University di IPB International Convention Center (IICC), Bogor (15/12).
Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor IPB University bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Prof Deni Noviana, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan atas pengabdian para dosen dan tendik dalam membangun institusi dan menyiapkan generasi penerus bangsa.
“Peran Bapak dan Ibu, meski sering jauh dari sorotan, sangat berdampak bagi kemajuan IPB University. Nilai-nilai pengabdian itu akan terus hidup sebagai warisan,” ujarnya.
Tahun 2025, total 119 pegawai IPB University yang purnabakti, terdiri atas 46 dosen dan 73 tendik, dengan rata-rata masa pengabdian lebih dari 25 tahun. Direktur Sumberdaya Manusia IPB University, Dr Heti Mulyati menyampaikan bahwa sejak 2018, IPB University memberikan kenang-kenangan berupa logam mulia seberat 10 gram kepada setiap pegawai yang memasuki masa purnabakti.
Hadir Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang juga Rektor IPB University Periode 2011-2023 dan Periode 2003-2025, Prof Arif Satria, memberikan keynote speech. Ia menyampaikan ucapan selamat serta harapan agar para purnabakti tetap sehat, produktif, dan terus berkarya.
Menurut Prof Arif, pengalaman dan jam terbang para dosen dan tendik merupakan nilai tambah yang tidak tergantikan, terutama dalam memberikan inspirasi dan arah kebijakan.
“Usia bukan faktor pembatas. Yang penting adalah kemanfaatan kita bagi lingkungan. Bapak dan Ibu memiliki wisdom dan energi untuk masa depan Indonesia,” ujarnya.
Acara ditutup dengan penampilan istimewa Dian Piesesha, legenda pop Indonesia era 1960-an, yang sukses membawa para purnabakti bernostalgia melalui lagu-lagu kenangannya. (*/Rz)
