Jadi Doktor Pertama di Keluarga, Mardiah Rahmadani Lulus S3 Usia 26 Tahun dengan IPK 4,00

Jadi Doktor Pertama di Keluarga, Mardiah Rahmadani Lulus S3 Usia 26 Tahun dengan IPK 4,00

jadi-doktor-pertama-di-keluarga-mardiah-rahmadani-lulus-s3-usia-26-tahun-dengan-ipk-4-00
Pendidikan / Student Insight

Di tengah tantangan pendidikan doktoral yang dikenal panjang dan berat, Mardiah Rahmadani menorehkan prestasi akademik istimewa. Ia dinobatkan sebagai Lulusan Terbaik Program Doktor IPB University pada Wisuda Tahap V, Desember lalu.

Mardiah meraih gelar doktor pada usia 26 tahun dengan IPK sempurna 4,00. Ia menuntaskan program doktor dalam waktu 35 bulan sekaligus menjadi doktor pertama di keluarga besarnya. Ia telah menempuh pendidikan berjenjang S1 hingga S3 secara utuh di IPB University selama kurang dari delapan tahun.

Mardiah menyelesaikan program doktor dalam waktu 35 bulan melalui skema Program Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. “Kesempatan belajar hingga jenjang doktor dapat saya wujudkan berkat dukungan beasiswa PMDSU,” ujarnya.

Ia menempuh studi pada Program Studi Doktor Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan IPB University. Ketertarikannya pada bidang ini berangkat dari kesadaran akan pentingnya inovasi pakan berbasis sumber daya lokal bagi kemajuan peternakan nasional.

Disertasinya berjudul “Optimasi Pati Terdegradasi di Rumen pada Bahan Pakan Lokal melalui Pengolahan Asam Organik dan Heat Moisture”. Penelitian ini mengkaji karakteristik pati bahan pakan lokal sebagai sumber karbohidrat ruminansia, sekaligus menawarkan teknologi modifikasi pati yang ramah lingkungan, aplikatif, dan mudah diterapkan di tingkat peternak.

Hasil riset tersebut berpotensi dikembangkan pada skala industri, terutama dalam formulasi pakan dengan kandungan pati resisten yang seimbang untuk menjaga kesehatan rumen dan mendukung performa produksi ternak.

Selama menjalani studi pascasarjana di IPB University, Mardiah mencatatkan 17 publikasi ilmiah terindeks Scopus, H-index 5, dan satu publikasi nasional. Ia menilai capaian tersebut tidak lepas dari dukungan ekosistem akademik kampus.

“Dukungan grup riset, dosen pembimbing, fasilitas laboratorium, para laboran, serta rekan-rekan peneliti sangat membantu proses riset saya,” ungkapnya. Ia juga aktif mengikuti berbagai konferensi internasional di dalam dan luar negeri untuk memperluas jejaring akademik.

Saat ini, Mardiah melanjutkan program postdoctoral di dalam negeri untuk memperkaya pengalaman riset sebelum menapaki karier sebagai akademisi atau peneliti.

“Saya berharap pengalaman ini menjadi bekal untuk terus berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan sektor peternakan Indonesia,” tuturnya. (dh)