Di Rumah-Mu, Kini Kami Bisa Bersujud Kembali
Banjir dan longsor yang menghantam Desa Lubuk Sidup, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, Rabu 26 November silam, hampir tak menyisakan satu bangunan pun tegak berdiri. Seluruh wilayah desa seperti usai digempur kekuatan dahsyat. Puing-puing bertebaran, sampah berserak. Ratusan bahkan mungkin ribuan kayu gelondongan bertumpuk-tumpuk dengan tinggi mencapai tiga kali lipat orang dewasa.
Hanya ada segelintir bangunan bertahan. Pabrik pengolahan kelapa sawit kecil jadi tempat warga mengungsi, itu pun setelah tempat itu sempat menyerah dijebol air dari arah utara. Lalu ada 2–3 rumah di sisi utara yang berdiri di atas bukit yang selamat dari terjangan air. Dan yang terakhir, yang paling kokoh, adalah Masjid Nurussalam. Gelombang kayu tertahan di tembok luar mihrab masjid. Bahkan ada kayu gelondongan raksasa melintang menjuntai ke arah masjid. Air sempat masuk ke dalam masjid dengan genangan yang cukup tinggi.
Usai bencana, warga bermuram durja. Masjid dengan cepat memang dibersihkan secara gotong-royong plus lewat bantuan segelintir relawan yang masuk ke wilayah tersebut. Namun, perangkat suara dan listrik tak ada. Akibatnya, tiada lagi suara azan berkumandang. Sekeliling desa menjadi senyap. Lubuk Sidup seperti kehilangan nyawa. “Entah kapan masjid ini bisa difungsikan lagi,” ujar salah satu jamaah, sendu.
Hampir sebulan berlalu. Kawan-kawan Wahana Muda Indonesia (WMI) menginventarisasi kebutuhan di desa yang kini berdenyut lemah tersebut. Kebutuhan genset sebagai pengganti listrik berikut perangkat sistem suara (mikrofon, pengeras suara, TOA) jadi hal mendesak. WMI berbagi informasi ini dengan Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni (ARM HA) IPB. Kedua belah pihak sejak lama menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk bekerja sama dalam berbagai giat kemanusiaan di seantero negeri.
Bagi ARM HA-IPB, filosofi masjid sebagai pusat peradaban, menjadi detak jantung kehidupan warga, adalah catatan penting. Tak butuh waktu lama untuk ARM HA-IPB menyampaikan pesan kepada warga Lubuk Sidup bahwa alumni IPB University berkomitmen menyediakan semua perangkat tersebut.
Maka, Jumat silam (26/12), tim ARM HA-IPB menyerahkan dengan resmi satu unit genset berikut sistem perangkat suara yang dijanjikan. Air mata ratusan jamaah berlinang-linang. Kali ini karena bahagia.
Dan untuk pertama kalinya setelah satu bulan, suara azan yang menggetarkan berkumandang di seantero desa. Ratusan warga datang antusias, berkumpul dalam ibadah salat Jumat. Mereka berdiri bersama, merapikan saf, mengangkat takbir, hingga sujud dengan rasa syukur yang paling dalam.
“Ya Allah, akhirnya Engkau izinkan dahi ini bersujud kembali di rumah mulia ini. Engkau Maha Besar, bencana ini hanyalah ujian kecil.”
Saat momen itu terjadi, tim ARM HA-IPB baru saja bertolak dari Bogor menuju Medan untuk merapat ke Lubuk Sidup. “Saya tengah berdiri check-in di Bandara Soekarno-Hatta. Membaca dan melihat foto-foto mereka; para warga dan relawan bersujud bersama, saya merinding. Tak terasa air mata saya tumpah,” kenang Ahmad Husein, Ketua Umum ARM HA-IPB.
Kini, Masjid Nurussalam berdenyut kencang kembali. Memompakan semangat pulih. Para relawan dan donatur mulai mengalir masuk ke desa. Berbagi kepedulian. Atas nama persaudaraan.
Terima kasih kami untuk orang-orang baik yang telah menjadi wasilah keajaiban ini terjadi.
