CIBEST IPB University dan Zurich Syariah Dorong Literasi Risiko dan Perlindungan Pertanian
Perubahan iklim membuat risiko gagal panen semakin sulit diprediksi. Di tengah tantangan tersebut, Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CI-BEST) IPB University mendorong penguatan literasi risiko dan inovasi perlindungan pertanian melalui kuliah umum bersama Zurich Syariah.
Rektor IPB University, Dr Alim Setiawan Slamet, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif CIBEST dan Zurich Syariah yang tidak hanya memadukan edukasi keuangan dan inovasi, tetapi juga mengedepankan perspektif keberlanjutan lingkungan.
“IPB University secara konsisten mendukung upaya perlindungan pertanian, termasuk melalui penciptaan ruang kolaborasi seperti magang, program capstone, dan kesempatan riset bersama,” ungkapnya saat menyambut lebih dari 150 peserta yang hadir di Zurich Syariah Goes to IPB University, beberapa waktu lalu.
Satria Nugraha, Manajer Inisiatif Strategis Distribusi Zurich Syariah, menyebutkan bahwa secara historis, pertanian merupakan salah satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim dan volatilitas cuaca. Karena itu, pihaknya berkomitmen untuk menyediakan solusi perlindungan modern bagi sektor ini.
“Inovasi seperti asuransi parametrik merupakan bagian dari upaya Zurich Syariah untuk memperkuat ketahanan petani sekaligus mendukung keberlanjutan perekonomian nasional yang bertumpu pada sektor pertanian,” tandasnya.
Pada sesi utama, Auralusia Rimadiana selaku Direktur Zurich Asuransi Indonesia, menyatakan bahwa Asuransi Parametrik Indeks Cuaca dirancang sebagai solusi perlindungan yang cepat, transparan, dan berbasis data.
“Tidak seperti asuransi konvensional, asuransi parametrik membayar klaim berdasarkan parameter cuaca yang telah ditentukan, seperti curah hujan yang melebihi atau melampaui ambang batas tertentu,” tuturnya.
Lanjutnya, data cuaca dikumpulkan melalui satelit dan dipantau secara otomatis, sehingga ketika parameter melebihi batas yang disepakati, klaim dapat segera dibayarkan tanpa proses aplikasi formal.
“Mekanisme ini memberikan efisiensi sekaligus memastikan petani dapat segera menerima bantuan untuk melanjutkan kegiatan produktif,” ulas Auralusia.
Ia juga menyoroti keberhasilan program Café Seguro di Kolombia, yang telah melindungi lebih dari 12.650 petani kopi dan menjadi tolok ukur global bagi pengembangan asuransi parametrik. Di Indonesia, Zurich Syariah telah melindungi lebih dari 17.000 petani di Bener Meriah (Aceh), Tanggamus (Lampung), Sigi dan Poso (Sulawesi Tengah), dan Kolaka (Sulawesi Tenggara).
Diskusi dipandu oleh Rahmat Yanuar, SP, MSi, Sekretaris CIBEST IPB, dengan antusiasme tinggi dari mahasiswa yang mengajukan pertanyaan seputar pemanfaatan data satelit, penentuan parameter cuaca, hingga peluang pengembangan asuransi untuk komoditas lain.
Program ini diharapkan dapat menjadi titik awal bagi kolaborasi yang lebih luas antara akademisi dan industri asuransi dalam mengatasi tantangan perubahan iklim dan risiko-risiko yang menyertainya. (*/Rz)
