Apresiasi YESS, Prof Irfan Syauqi Beik: Jejaring Lintas Negara Tumbuhkan Daya Saing Petani Muda

Apresiasi YESS, Prof Irfan Syauqi Beik: Jejaring Lintas Negara Tumbuhkan Daya Saing Petani Muda

apresiasi-yess-prof-irfan-syauqi-beik-jejaring-lintas-negara-tumbuhkan-daya-saing-petani-muda
Berita

Membangun wirausaha muda pertanian tidak cukup hanya dengan modal dan keterampilan teknis. Jejaring, terutama lintas negara, menjadi fondasi penting agar petani muda mampu tumbuh, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Hal inilah yang ditekankan Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, Prof Irfan Syauqi Beik, dalam kegiatan “Building Alliances and Networks for Empowering Young Farmers through IFAD’s Support: Youth Agripreneurs in Action” di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), Bogor, (9/12).

Menurut Prof Irfan, Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) yang didukung International Fund for Agricultural Development (IFAD) tidak hanya mencetak petani muda, tetapi juga membangun fondasi jejaring strategis lintas wilayah dan lintas negara.

“Jejaring adalah modal yang luar biasa. Ketika alumni program IFAD seperti YESS mampu membangun jaringan lintas negara, akan muncul peluang pertukaran pengalaman, ide, hingga peningkatan perdagangan dan ekspor,” ujar Prof Irfan.

Ia menegaskan, kemampuan membangun jaringan tidak lahir secara instan. Perlu ada rancangan secara sistematis melalui program dan desain pembelajaran yang tepat. Karena itu, tema workshop internasional yang mendorong aliansi antar-asosiasi petani muda dinilainya sebagai langkah visioner.

“Membangun sinergi dan aliansi adalah kunci. Dengan jejaring yang solid, pertumbuhan ekonomi pertanian akan berlangsung jauh lebih cepat,” tambahnya.

Kegiatan ini juga menegaskan peran strategis program YESS dalam memperkuat ekosistem wirausaha muda pertanian di Indonesia. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian RI, Dr Idha Widi Arsanti, menyampaikan bahwa program YESS telah menjadi katalis lahirnya petani muda yang mandiri dan berdaya saing.

“YESS telah menjangkau lebih dari 300 ribu anak muda dalam lima tahun pelaksanaan dan menjadi pijakan strategis bagi tumbuhnya wirausaha muda pertanian,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa YESS tidak hanya memberikan pelatihan teknis budi daya, tetapi juga memperkuat kapasitas bisnis dan jejaring usaha petani muda.

“Kami tidak ingin anak muda memulai usaha dari nol. Melalui pendampingan dan penguatan jejaring, risiko kegagalan dapat ditekan dan peluang usaha semakin terbuka,” tambahnya.

Melalui kolaborasi dengan lembaga pendidikan, asosiasi petani, sektor swasta, serta forum internasional, program YESS terus mendorong terbentuknya jejaring regional dan global yang memperkuat agribisnis petani muda Indonesia.

Dengan berbagai capaian tersebut, Prof Irfan berharap program-program seperti YESS dapat terus diperluas agar semakin banyak generasi muda tertarik dan percaya diri berkiprah di sektor pertanian.

“Menjadi petani muda itu membanggakan dan menguntungkan. Tugas kita adalah memastikan ekosistemnya siap, pendampingannya tepat, dan jejaringnya terbuka luas,” pungkasnya. (AS)