Alat Tangkap yang Tepat untuk Nelayan Palabuhanratu
Teluk Palabuhanratu di Sukabumi, Jawa Barat memiliki ikan demersal yang berlimpah. Sebut saja krustasea seperti rajungan, lobster, ikan kerapu, kakap, cumi-cumi, sotong, dan swanggi. Nahas, pemanfaatannya hingga kini masih jauh dari kata optimal.
Menanggapi permasalahan tersebut, tim dosen IPB University mengenalkan inovasi teknologi alat tangkap bubu lipat bertingkat multispesies dan booster umpan kepada para nelayan di Desa Loji, Kecamatan Simpenan.
“Alat tangkap bubu lipat bertingkat multispesies ini cocok dioperasikan di ketiga jenis substrat dasar perairan di perairan Teluk Palabuhanratu,” ujar Dr Zulkarnain kepada para nelayan saat melaksanakan program Dosen Pulang Kampung (Dospulkam), 28/7.
Lebih jelas ia merinci, bubu lipat bertingkat multispesies merupakan alat tangkap yang dimodifikasi dari inovasi perangkap krendet bertingkat dua pintu. Alat ini berbentuk empat persegi panjang (rectangular) dan terdiri dari bagian atas dan bagian bawah.
“Bagian bawahnya berukuran 15 cm menggunakan pintu masuk (funnel) yang berbentuk slitway, sedangkan bagian atas 35 cm dan menggunakan funnel dengan kisi-kisi plastik fiber. Di kedua bagiannya masing-masing memiliki dua funnel,” urai Dr Zulkarnain.
“Ukuran panjang dan lebar bubu lipat bertingkat multispesies ini adalah 80 cm dan 60 cm. Total volume catchable area-nya sebesar 0,24 m kubik,” imbuhnya.
Keunggulan
Dr Zulkarnain menjabarkan, alat tangkap ini memiliki keunggulan dalam upaya memanfaatkan ikan demersal. Perangkap bagian bawah untuk target tangkapan jenis krustasea, seperti rajungan dan lobster. Sementara perangkap bagian atas untuk target tangkapan ikan dasar seperti kakap dan kerapu. Jenis hasil tangkapan lainnya adalah keong macan dan sotong.
Selain itu, ia dan tim juga mengenalkan booster umpan. Inovasi ini merupakan kombinasi dari beberapa jenis umpan yang berasal dari hewan laut dan hewan darat yang mengandung protein hewani dengan asam amino esensial, seperti ikan tembang, ikan pepetek, cumi-cumi, keong macan, cacing tanah, dan telur ayam.
Campuran umpan tersebut kemudian dicacah hingga menjadi larutan kental. Booster umpan dalam kondisi beku bisa mencapai 500–1000 gram. Fungsi booster ini lebih tepatnya hanya untuk mengeluarkan aroma yang mendatangkan ikan, bukan sebagai umpan/pakan ikan.
“Booster umpan berfungsi untuk mengumpulkan krustasea dan ikan lainnya secara efektif dengan cara mendekati sumber bau supaya mudah ditangkap oleh alat tangkap nelayan,” papar Dr Zulkarnain.
Pada kesempatan tersebut, para nelayan juga berkesempatan merasakan pengalaman langsung cara pembuatan bubu lipat bertingkat multispesies, bubu masif bertingkat, dan booster umpan beku.
“Inovasi ini akan sangat bermanfaat bagi kami para nelayan dalam memanfaatkan sumber daya ikan demersal di Teluk Palabuhanratu ini,” kata salah satu peserta kegiatan.
Secara lengkap, tim Dospulkam ini terdiri dari Dr Zulkarnain, Prof Ronny Irawan Wahju, Dr Fis Purwangka, Dr Wazir Mawardi; Anisa Fitri, Mega Rustika, Luh Cinta (Mahasiswa); Syarif Budiman, SPi, MSi, Arik Permana, SPi, MSi, Thomas Palisu, SPi, dan Ende Kasma, SPi, MSi (Stasiun Lapang Kelautan Cipatuguran Palabuhanratu IPB). (*/Rz)
