Kelompok PKM IPB University Ajak Anak Yatim Piatu Berani Bermimpi Lewat Program Big Dreamers

Kelompok PKM IPB University Ajak Anak Yatim Piatu Berani Bermimpi Lewat Program Big Dreamers

kelompok-pkm-ipb-university-ajak-anak-yatim-piatu-berani-bermimpi-lewat-program-big-dreamers
Pengabdian Masyarakat / Student Insight

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PM) Big Dreamers IPB University menghadirkan inovasi dalam pemberdayaan anak-anak yatim piatu di Panti Asuhan Al-Munawwar melalui kombinasi Strength-Based Approach (SBA) dan Teams Games Tournament (TGT).

Program ini tidak hanya mengajarkan keterampilan, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan diri, empati, dan semangat kolaboratif anak-anak.

Big Dreamers berfokus pada anak-anak usia 8–12 tahun, khususnya yatim piatu duafa, dengan menciptakan ruang pertumbuhan yang memadukan dua pendekatan inovatif.

Pendekatan berbasis kekuatan (SBA) menekankan pengembangan potensi dan keunggulan individu, sementara TGT menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui interaksi tim, permainan, dan turnamen yang mendorong partisipasi aktif.

Ketua tim, Maryam Rahma Kusuma Kamila, menjelaskan bahwa penggabungan kedua metode tersebut menjadi ciri khas utama program ini.

“Dengan SBA, anak-anak diajak mengenali minat, bakat, dan potensi diri mereka secara mendalam. Adapun melalui TGT, mereka diberi ruang untuk mengembangkan potensi itu dalam suasana yang menyenangkan, kompetitif, sekaligus kolaboratif,” ujarnya.

Maryam menambahkan, Big Dreamers tidak berhenti pada tahap pengenalan potensi diri. Program ini juga membantu anak-anak mengasah dan memperkuat keterampilan yang telah ditemukan agar bisa diteruskan oleh pengurus panti sebagai pengembangan jangka panjang.

Ia menilai, model ini membawa kebaruan karena belum banyak program pengabdian yang secara khusus mengangkat pengembangan minat dan bakat anak yatim piatu dengan pendekatan inovatif seperti ini.

“Dampak positif program Big Dreamers terlihat nyata. Anak-anak yang semula pasif mulai menunjukkan keberanian untuk berbicara dan mengekspresikan diri di depan kelompok. Mereka lebih percaya diri, aktif berdiskusi, dan antusias mengikuti setiap kegiatan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Maryam mengatakan perubahan ini mencerminkan peningkatan rasa percaya diri dan kemampuan bekerja sama di antara peserta.

Dalam proses pelaksanaan, anak-anak juga belajar pentingnya empati dan dukungan terhadap teman satu tim.

“Mereka mulai melihat diri mereka bukan sebagai individu yang terbatas, tetapi sebagai bagian dari tim yang saling melengkapi. Hal ini tampak dari semangat kebersamaan yang tumbuh selama workshop dan sesi permainan turnamen,” kata Maryam.

Salah satu peserta, Adhitya Annisa, mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari kegiatan ini. 

“Menurut aku, program ini sangat bermanfaat, Kak, karena bisa menjadi pengalaman yang berharga buat aku. Aku jadi bisa bermain sambil belajar tentang minat yang aku sukai,” tuturnya kepada tim mahasiswa. (**/dr)