Cara IPB University dan Pemkab Halmahera Selatan Perkuat Kapasitas Petani
IPB University dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Halmahera Selatan melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan menggelar Pelatihan Good Agricultural Practices (GAP) dan Pengembangan Produk Hilirisasi Perkebunan di Aula Pertanian Halmahera Selatan (21/10).
Kegiatan ini melibatkan puluhan petani, kelompok tani, dan pelaku usaha kecil menengah dari berbagai kecamatan untuk memperkuat kapasitas dan daya saing sektor perkebunan daerah.
Pelatihan tersebut menjadi bagian dari strategi pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas produksi sekaligus memperluas rantai nilai perkebunan, yang selama ini menjadi salah satu tulang punggung ekonomi masyarakat di Halmahera Selatan.
Direktur Kerjasama, Komunikasi, dan Pemasaran Dr Alfian Helmi menegaskan bahwa kegiatan semacam ini sejalan dengan semangat kolaborasi antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah.
“IPB University akan terus mendukung peningkatan kapasitas petani dan pengembangan produk hilir berbasis riset. Pendekatan edukatif seperti pelatihan GAP ini menjadi wujud nyata sinergi untuk menciptakan petani yang mandiri dan berdaya saing global,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Halmahera Selatan, Mansur, dalam sambutannya menegaskan pentingnya penerapan prinsip-prinsip pertanian yang baik, ramah lingkungan, dan berkelanjutan sesuai standar nasional GAP.
“Kami ingin petani di Halmahera Selatan tidak hanya sekadar menanam dan menjual hasil kebun dalam bentuk bahan mentah. Melalui pelatihan ini, kami dorong mereka agar mampu mengembangkan produk olahan bernilai jual tinggi, sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat,” ujarnya.
Menurut Mansur, potensi hasil perkebunan seperti kelapa, pala, dan cengkeh di wilayah tersebut sangat besar. Akan tetapi, sebagian besarnya masih dijual dalam bentuk mentah.
Dengan adanya pelatihan hilirisasi, petani diharapkan mampu mengolah hasil kebunnya menjadi produk turunan seperti minyak kelapa murni (virgin coconut oil), bubuk pala, sirup pala, hingga minyak atsiri dari cengkeh yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Pelatihan ini menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi, praktisi pertanian, dan pelaku usaha sukses di bidang produk olahan perkebunan. Peserta mendapatkan materi mengenai teknik budi daya sesuai standar GAP, penanganan pascapanen, serta strategi pengembangan dan pemasaran produk hilirisasi.
Rahman La Ode, petani asal Kecamatan Gane Barat, mengaku pelatihan ini sangat bermanfaat
“Biasanya kami hanya menjual hasil kebun ke pengepul. Setelah pelatihan ini, kami tahu bahwa pala dan kelapa bisa diolah jadi produk olahan yang bisa dijual langsung dengan harga lebih tinggi,” ungkapnya.
Perwakilan Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara yang hadir juga memberikan apresiasi terhadap langkah Pemkab Halmahera Selatan dalam memperkuat kapasitas petani lokal.
“Inisiatif ini patut diapresiasi. Jika petani mampu mengolah hasil perkebunan sendiri, maka nilai tambah akan tetap berputar di daerah, bukan keluar ke provinsi lain,” katanya.
Kegiatan diakhiri dengan penandatanganan komitmen bersama antara pemerintah daerah, kelompok tani, dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk membentuk jejaring kerja sama pengembangan industri hilir perkebunan di Kabupaten Halmahera Selatan. (**/dr)

