IPB University Jadi Pusat Diskusi Global tentang Lanskap Regeneratif

IPB University Jadi Pusat Diskusi Global tentang Lanskap Regeneratif

IPB University Jadi Pusat Diskusi Global tentang Lanskap Regeneratif
Berita / Student Insight

Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB University belum lama ini berhasil menyelenggarakan The 8th International Symposium of Sustainable Landscape Development (ISSLD).

Simposium internasional ini mengangkat tema “Regenerative Landscape”, sebuah pendekatan visioner yang menekankan upaya pemulihan dan revitalisasi ekosistem dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan perkembangan kota.

Acara pembukaan berlangsung di Auditorium Toyib Hadiwijaya, Kampus IPB Dramaga, dengan menghadirkan 93 pemakalah dan peserta dari enam negara, termasuk Indonesia, Filipina, dan Malaysia. 

ISSLD 2025 merupakan hasil kolaborasi dengan berbagai institusi internasional, di antaranya Chiba University (Jepang), University of the Philippines Diliman, International Federation of Landscape Architects (IFLA), Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI), serta Forum Pendidikan Arsitektur Lanskap Indonesia (FPALI). Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Sentul City dan Direktorat Global Connectivity IPB University.

Rektor IPB University, Prof Arif Satria, dalam pidato kuncinya menekankan bahwa konsep lanskap regeneratif lebih jauh dari sekadar keberlanjutan. “Lanskap regeneratif mengintegrasikan solusi berbasis alam, inovasi teknologi, dan partisipasi aktif masyarakat untuk menciptakan ruang yang tangguh dan adaptif bagi masa depan,” ujarnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian, Prof Suryo Wiyono, menegaskan bahwa arsitektur lanskap memiliki peran penting dalam menghadapi ketidakpastian iklim. “Melalui forum kolaboratif seperti ISSLD, kita memperkuat fondasi akademik sekaligus memperkaya strategi praktis untuk memulihkan keseimbangan ekologi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Simposium ini turut menghadirkan sejumlah pembicara internasional. Assoc Prof Alessandro Martinelli (IFLA, Chinese Culture University, Taiwan) membahas peran kawasan Desakota sebagai pusat inovasi energi terbarukan. Sementara itu, Prof Noriko Akita (Chiba University, Jepang) menyoroti manajemen banjir berbasis masyarakat, dan Prof Nappy L. Navarra (University of the Philippines) menekankan pentingnya restorasi lahan basah. 

Topik mengenai lanskap terapeutik untuk pemulihan pascabencana dipaparkan oleh Assoc Prof Shureen Faris (Universiti Putra Malaysia). Adapun dari IPB University, Prof Syartinilia Wijaya memaparkan upaya konservasi habitat burung pemangsa migran. Sesi pleno dipandu oleh Prof Beata Gawryszewska dari Warsaw University of Life Sciences (WULS), Polandia.

Menutup rangkaian kegiatan, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap IPB University, Dr Akhmad Arifin Hadi, menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berkontribusi. “ISSLD 2025 membuktikan bahwa konsep lanskap regeneratif bukan hanya teori. Ia adalah aksi nyata yang lahir dari kolaborasi, ketelitian akademik, dukungan kebijakan, dan keterlibatan masyarakat,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Pelaksana ISSLD 2025, Dr Kaswanto, menegaskan pentingnya komitmen jangka panjang. “Desain lanskap regeneratif bukan hanya tentang pelestarian, tetapi juga tentang pembaruan dan ketangguhan demi generasi mendatang,” tuturnya.

Sebagai tindak lanjut, hasil prosiding ISSLD 2025 akan diterbitkan dalam IOP Conference Series. Publikasi ini diharapkan memperkuat kontribusi Indonesia dalam wacana akademik global sekaligus menjadi rujukan bagi perumusan kebijakan lanskap berkelanjutan di masa depan. (*/Rz)