Tim IPB University dan Mitra Usung “Koronisasi” di Lahan Replanting Sawit

IPB University bersama sejumlah mitra berhasil mengembangkan model inovatif bernama “Koronisasi” yang memungkinkan penanaman tumpang sari antara kelapa sawit, kacang koro, dan padi IPB 9G.
Model ini dikembangkan melalui kolaborasi antara IPB University, Wageningen University and Research (WUR) Belanda, Universitas Lambung Mangkurat (ULM), dan PT Citra Putra Kebun Asri (CPKA). Tim IPB University terdiri dari Prof Sudradjat, Prof Nahrowi, Dr Hariyadi, dan Prof Suria Darma Tarigan.
Kegiatan ini merupakan pelaksanaan kerja sama antara Indonesia dan Belanda dengan tema “SustainPalm: Kelapa sawit berkelanjutan”. Program ini bertujuan mendukung produksi minyak sawit berkelanjutan yang bersinergi dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Kegiatan uji coba dilaksanakan di Desa Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Hasilnya cukup menggembirakan. Sistem tumpang sari sawit-koro yang dimulai Februari 2023 hingga Februari 2025 berhasil menghasilkan produktivitas kacang koro mencapai 2,5–3 ton per hektare dengan input pupuk minimal.
Tahapan berikutnya, yaitu tumpang sari sawit-padi berlangsung dari April hingga 23 Juli 2025. Padi IPB 9G menghasilkan sekitar 3 ton per hektare. Potensi hasil ini diperkirakan dapat meningkat lebih lanjut apabila tidak ada gangguan hama, khususnya walang sangit.
Menurut Prof Sudrajat, istilah “koronisasi” dipilih karena kacang koro menjadi elemen kunci dalam sistem ini. Tanaman koro mampu tumbuh optimal dan menghasilkan biji dalam kondisi lahan replanting sawit. Kemampuannya dalam membentuk bintil akar yang memfiksasi nitrogen menjadikan tanah lebih subur secara kimiawi.
“Selain itu, akar koro juga memperbaiki struktur tanah, meningkatkan porositas, dan memperbesar kapasitas tanah dalam menyimpan air,” jelasnya.
Penanaman kacang koro dilakukan terlebih dahulu sebelum padi ditanam. Prof Sudrajat menyebut, langkah ini bertujuan meningkatkan kesuburan tanah secara fisik dan kimia. Berdasarkan pengalamannya di lapangan, penanaman padi langsung tanpa pendahuluan koro sering mengalami kegagalan, terutama di lahan replanting sawit.
“Manfaat kacang koro tidak sebatas pada perbaikan lahan. Biji koro mengandung protein tinggi (25–27%) dan berpotensi sebagai bahan baku pakan ternak. Setelah melalui proses pengolahan, biji koro juga dapat dimanfaatkan untuk produk pangan seperti tempe koro dan camilan koro goreng,” ungkapnya.
Prof Sudrajat menuturkan, keberhasilan penanaman padi IPB 9G di lahan sawit saat fase tanaman belum menghasilkan (TBM)/dua tahun pertama menunjukkan peluang besar bagi pengembangan tumpang sari sawit-padi di areal replanting. Model ini membuka cakrawala baru dalam optimalisasi lahan sawit pasca peremajaan.
Dukungan petani lokal memperkuat optimisme. H Sariman dan istrinya, Sari, menyampaikan kekagumannya karena padi dapat tumbuh dengan baik di lahan replanting sawit, bahkan saat ditanam pada akhir musim hujan (April–Juli). Biasanya, petani menanam padi ladang pada bulan Oktober hingga Maret. Mereka berencana menanam padi IPB 9G di lahan seluas 3 hektare pada musim hujan 2025/2026.
Tanggapan serupa datang dari pihak manajemen perusahaan. Ir Eko, Manajer PT CPKA, menyatakan keberhasilan uji coba tumpang sari sawit-padi seluas 1,5 hektare mendorong pihaknya memperluas area hingga 10 hektare. Panen padi direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pangan internal perusahaan dengan harga 20–25% lebih murah dibandingkan harga pasar.
Bagi Prof Sudrajat, model koronisasi sangat sesuai dengan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Selama masa belum menghasilkan, petani dapat memperoleh pendapatan dari panen kacang koro dan padi. Untuk memperluas dampaknya, ia menekankan perlunya dukungan kemitraan melalui pendekatan pentahelix.
“SustainPalm berkomitmen menerapkan strategi efektif untuk mendorong keberlanjutan di seluruh proses produksi minyak sawit. Strateginya dengan menargetkan pemanfaatan lahan yang efisien dan efektif melalui penanaman tumpang sari sawit dengan tanaman pangan,” urainya.
Dengan demikian, ia berharap program ini mampu meningkatkan ketahanan mata pencaharian petani dan menghasilkan pendapatan melalui peningkatan produktivitas berbasis lahan. (*/Rz)