IPB University dan Astra Panen Padi IPB 9G di Kabupaten Sambas, Petani: Hasilnya Jauh Lebih Baik

IPB University bersama PT Astra International Tbk melaksanakan Panen Raya Padi Varietas IPB 9G di Desa Semparuk, Kecamatan Semparuk, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Selasa (1/7).
Kegiatan ini merupakan bagian dari program One Village One CEO (OVOC) dan Desa Sejahtera Astra (DSA) yang bertujuan memperkuat ketahanan pangan nasional melalui pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kapasitas kelompok tani di desa-desa mitra IPB University.
Panen raya ini merupakan hasil dari masa tanam yang dimulai pada 29 Maret 2025 lalu. Varietas IPB 9G dikenal memiliki keunggulan dalam produktivitas, ketahanan terhadap cekaman lingkungan tropis, serta berpotensi meningkatkan pendapatan petani.
Direktur Pengembangan Masyarakat Agromaritim (PMA) IPB University, Dr Handian Purwawangsa, menyampaikan, panen raya ini bukan sekadar perayaan hasil tani, tetapi menjadi tonggak penting dalam mendorong adopsi teknologi lokal berbasis riset IPB University.
“Program OVOC dan DSA hadir sebagai penggerak ekonomi desa melalui kewirausahaan dan inovasi pertanian,” ujarnya.
Dari sisi petani, Ketua Kelompok Tani Dare Nandung, Sukiman, menyampaikan rasa bangga atas capaian ini. “Dulu kami hanya mengandalkan varietas lokal dengan hasil yang tidak menentu. Sekarang dengan IPB 9G, hasilnya jauh lebih baik, dan kami semakin percaya diri untuk bertani,” tuturnya.
Rektor IPB University, Prof Arif Satria menyampaikan, IPB University memiliki komitmen penuh dalam mendorong pengembangan varietas unggul IPB 9G di Sambas sebagai inovasi nyata untuk meningkatkan kesejahteraan petani serta solusi dari perwujudan ketahanan pangan nasional.
Kegiatan panen raya ini juga menjadi momentum untuk memaparkan capaian program demplot budi daya padi IPB 9G di Desa Semparuk. Hasil demplot menunjukkan pertumbuhan tanaman yang baik, dengan umur panen hanya 103 hari setelah semai sehingga memberikan keuntungan lebih cepat bagi petani. Rata-rata jumlah bulir per malai mencapai 350 bulir.
Dari luasan terpanen seluas 880 meter persegi, diperoleh total gabah kering panen (GKP) sebanyak 535 kilogram, dengan gabah kering siap giling sebesar 454 kilogram.
Setelah proses penggilingan, dihasilkan beras sebanyak 258,20 kilogram atau setara 57 persen dari total gabah, dengan hasil samping berupa dedak sebanyak 37,7 kilogram (8,7 persen), menir 7,5 kilogram (1,6 persen), dan sekam 150 kilogram (33 persen).
Capaian ini membuktikan bahwa varietas IPB 9G memiliki produktivitas yang jauh lebih baik dibandingkan dengan varietas lokal. Jika rata-rata hasil varietas lokal hanya mencapai sekitar 3 ton per hektare, potensi hasil panen IPB 9G dapat mencapai 6 hingga 7 ton per hektare. Keunggulan-keunggulan ini menjadikan varietas IPB 9G sebagai salah satu pilihan potensial untuk dikembangkan lebih luas di wilayah Sambas.
Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sambas, menyampaikan apresiasi atas kolaborasi yang terbangun. “Kami sangat mendukung pengembangan varietas unggul IPB 9G di Kabupaten Sambas.”
“Potensi pertanian daerah kami sangat besar, dan kehadiran IPB University serta PT Astra memberikan semangat baru bagi para petani untuk lebih produktif dan mandiri,” ujarnya.
Selain padi, wilayah Sambas, khususnya Desa Semparuk, juga memiliki potensi komoditas unggulan lainnya seperti pinang dan lidi yang saat ini mulai dilirik untuk pengembangan skala besar. Pinang memiliki pasar ekspor yang terus tumbuh, terutama ke negara-negara di Asia Selatan dan Timur Tengah.
Sementara itu, lidi kelapa yang diolah menjadi sapu lidi dan produk kerajinan lainnya juga berpotensi menjadi komoditas ekspor andalan, seiring meningkatnya permintaan produk ramah lingkungan di pasar global. Kehadiran varietas unggul padi IPB 9G, serta pengembangan potensi komoditas ekspor seperti pinang dan lidi, diharapkan menjadi motor penggerak peningkatan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan Indonesia.