Guru Besar IPB University: Kemenyan Indonesia Berpeluang Jadi Parfum Tropis Premium Dunia

Guru Besar IPB University: Kemenyan Indonesia Berpeluang Jadi Parfum Tropis Premium Dunia

Guru Besar IPB University Kemenyan Indonesia Berpeluang Jadi Parfum Tropis Premium Dunia
Ilustrasi kemenyan (Freepik)
Riset dan Kepakaran

Kemenyan mendadak jadi sorotan nasional setelah Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menyebut komoditas ini sebagai bahan baku parfum merek-merek dunia seperti Louis Vuitton hingga Gucci. 

Menanggapi hal itu, Guru Besar Biologi IPB University Prof Triadiati menegaskan kemenyan Indonesia bisa berpotensi besar sebagai parfum tropis tropis premium yang mampu menembus pasar global.

“Pohon kemenyan adalah penghasil getah dengan nilai ekonomis tinggi. Jenisnya beragam, dari marga Styrax dan Boswellia yang masing-masing memiliki karakteristik unik,” jelas Prof Triadiati. 

Ia menambahkan, Boswellia sacra yang tumbuh di Oman dan Yaman dikenal berkualitas tinggi dan banyak digunakan dalam parfum mewah, sementara Styrax benzoin asal Sumatera telah menjadi andalan ekspor Indonesia.

Prof Triadiati menerangkan bahwa senyawa aktif utama dalam kemenyan berbeda tergantung jenisnya. Kemenyan dari Boswellia spp. kaya resin (60–70%), minyak atsiri (3–10%), dan gum (20–30%). 

“Sementara Styrax mengandung asam sinamat dan asam benzoat hingga 70 persen, yang memberi aroma manis dan balsamik, menjadikannya bahan dasar parfum oriental yang hangat,” jelasnya. Kandungan aromatik ini juga menjadikan kemenyan sebagai fiksatif alami untuk parfum yang dapat memperpanjang aromanya.

Menurutnya, Indonesia memiliki posisi strategis di pasar global. Data tahun 2024 mencatat ekspor kemenyan Indonesia mencapai lebih dari 43 ribu ton dengan nilai US$52 juta. “Indonesia adalah pemimpin ekspor benzoin gum dunia dengan tujuan utama India, China, Prancis, Italia, dan Mesir,” ujar Prof Triadiati. 

Namun, ia menggarisbawahi bahwa sebagian besar ekspor masih berupa getah mentah. “Nilai tambah akan lebih maksimal jika hilirisasi dilakukan di dalam negeri,” tegasnya.

Meski prospek cerah, Prof Triadiati mengingatkan sejumlah tantangan. Konflik lahan menjadi isu utama, terutama di wilayah Lingkar Toba, Sumatera Utara. “Sejak 1990-an, masyarakat adat kehilangan hutan kemenyan akibat ekspansi industri pulp dan kertas. Kemenyan digantikan tanaman eucalyptus, sehingga memutus mata pencaharian petani kemenyan,” ungkapnya. 

Selain itu, regenerasi petani rendah karena stigma mistis, harga yang tidak stabil, dan minimnya perlindungan hukum untuk pohon Styrax.

Prof Triadiati kembali menegaskan urgensi hilirisasi kemenyan sebagai jalan keluar dari permasalahan itu. “Hilirisasi berarti mengubah getah mentah menjadi produk bernilai tinggi seperti parfum, minyak esensial, obat herbal, atau aromaterapi,” kata dia.

Ia mengapresiasi inisiatif pemerintah yang mulai mendorong hilirisasi, bahkan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengembangkan parfum berbasis kemenyan yang dipamerkan di Jerman.

Namun, ia mengingatkan, hilirisasi butuh strategi matang. Syarat utamanya adalah kestabilan bahan baku dan perlindungan ekosistem hutan. “Teknologi dan sumber daya manusia (SDM) kita juga harus siap. Kita butuh distilasi minyak atsiri, fraksinasi resin, hingga formulasi parfum yang dikembangkan bersama perguruan tinggi dan UMKM,” ujarnya.

Tantangan teknis juga tidak sedikit: rantai distribusi panjang, minim fasilitas pengolahan di sentra produksi, dan ketergantungan pada pasar ekspor bahan mentah. Karena itu, Prof Triadiati menekankan kolaborasi kemitraan lintas sektor.

“Petani harus membentuk koperasi, industri kecil menengah butuh dukungan alat, dan perguruan tinggi seperti IPB University harus terlibat dalam riset formulasi. Pemerintah wajib memberi insentif pajak dan bantuan peralatan kepada pihak-pihak yang terlibat,” jelasnya.

Hilirisasi kemenyan, menurut Prof Triadiati, bukan sekadar program ekonomi. “Ini soal melestarikan hutan adat, memberdayakan petani, dan membangun ekonomi berbasis kearifan lokal,” tegasnya. 

Jika dikembangkan dengan riset, branding kuat, dan dukungan industri kreatif, ia optimistis kemenyan Indonesia akan menjadi ikon parfum alami tropis yang mampu bersaing di pasar dunia. (dr)