Banjir Rob Ancam Wilayah Pesisir, Kepala PKSPL IPB University Jelaskan Dampak dan Solusi

Banjir Rob Ancam Wilayah Pesisir, Kepala PKSPL IPB University Jelaskan Dampak dan Solusi

Banjir Rob Ancam Wilayah Pesisir, Kepala PKSPL IPB University Jelaskan Dampak dan Solusi
Riset

Fenomena banjir rob atau genangan air laut di wilayah pesisir kian terjadi akibat pasang laut yang tinggi, perubahan iklim, dan penurunan muka tanah. Bencana ini tidak hanya mengganggu aktivitas masyarakat, tetapi juga merusak infrastruktur, mengancam kesehatan, dan berdampak pada perekonomian lokal.

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dr Yonvitner, menjelaskan secara mendalam tentang penyebab, dampak, serta strategi mitigasi dan adaptasi menghadapi banjir rob dalam salah satu konten IPB Podcast di kanal YouTube IPB TV.

Ia menerangkan, banjir rob terjadi ketika air laut pasang menggenangi daratan di wilayah pesisir. Berbeda dengan banjir akibat hujan deras atau luapan sungai, banjir rob dipicu oleh gravitasi bulan, perubahan iklim, atau aktivitas manusia seperti pengambilan air tanah berlebihan yang menyebabkan penurunan muka tanah (land subsidence).

“Banjir rob seperti tsunami yang datang perlahan. Meski tidak sebesar tsunami, dampaknya bisa lebih luas jika terjadi berulang dalam waktu lama,” ujar Prof Yonvitner yang juga Kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University.

Selain faktor alam, aktivitas manusia seperti reklamasi pantai dan eksploitasi air tanah memperburuk banjir rob. Reklamasi yang tidak memperhitungkan kenaikan muka air laut justru berisiko menciptakan genangan baru di sekitarnya.

“Reklamasi tanpa kajian yang matang bisa menurunkan muka tanah. Jika ini tidak disertai dengan perencanaan adaptif, maka dapat menyebabkan bencana,” katanya.

Dampak Sosial dan Ekonomi yang Signifikan

Banjir rob mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir, termasuk hutan mangrove, serta merugikan sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata. Infrastruktur jalan dan permukiman juga terendam, sementara akses air bersih terganggu, yang memicu masalah kesehatan.

“Jika terjadi terus-menerus, masyarakat kehilangan mata pencaharian, dan struktur sosial bisa berubah drastis,” tambah Prof Yonvitner.

Strategi Mitigasi dan Adaptasi

Prof Yonvitner menekankan pentingnya pendekatan berbasis alam dan teknologi untuk mengurangi risiko banjir rob, antara lain:

  1. Memperkuat tanggul pantai dan memperluas penanaman mangrove untuk menahan gelombang.
  2. Mengendalikan pengambilan air tanah guna mencegah penurunan muka tanah lebih lanjut.
  3. Membangun permukiman adaptif, seperti rumah terapung, bagi masyarakat yang tetap tinggal di zona rawan.
  4. Meningkatkan literasi masyarakat tentang langkah evakuasi dan pengelolaan lingkungan pesisir.

“Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan inovatif, seperti sistem peringatan dini dan desain infrastruktur tahan rob, untuk mengurangi dampaknya,” tegasnya.

Banjir rob merupakan ancaman serius bagi wilayah pesisir yang membutuhkan penanganan terpadu dari pemerintah dan masyarakat. Dengan kombinasi mitigasi berbasis alam dan adaptasi teknologi, diharapkan risiko bencana ini dapat dikurangi. (Fj)