Rektor IPB University Ajak Wisudawan Jadi Agen Perubahan dan Pemimpin Masa Depan

IPB University kembali mewisuda 800 lulusannya dalam prosesi Wisuda Tahap VI Tahun Akademik 2024/2025 untuk jenjang Doktor, Magister, dan Sarjana. Acara ini dilaksanakan di Gedung Grha Widya Wisuda (GWW), Kampus IPB Dramaga, pada Rabu (21/5).
Dalam kesempatan tersebut, Rektor IPB University, Prof Arif Satria, menyampaikan sambutan yang berisi ajakan dan pesan strategis kepada para wisudawan.
Prof Arif mengawali sambutannya dengan mengucapkan selamat kepada para wisudawan dan orang tua yang mendampingi perjuangan akademik mereka. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada IPB University dalam mendidik generasi penerus bangsa.
Ia menjelaskan bahwa dunia kini tengah menghadapi tiga perubahan besar yang bersifat disruptif: bonus demografi, perubahan iklim, dan percepatan teknologi. Di Indonesia, puncak bonus demografi diperkirakan terjadi pada tahun 2030 dengan rasio ketergantungan mencapai 46,9 persen.
“Perubahan iklim yang ekstrem, seperti kenaikan suhu global, dapat berdampak signifikan. Setiap kenaikan suhu sebesar 1°C diperkirakan dapat menurunkan produksi beras hingga 10–25 persen dan mengurangi kandungan nutrisi tanaman,” jelasnya.
Selain itu, kemajuan teknologi telah mempercepat transformasi sosial, bisnis, dan pendidikan. Kompetensi yang dipelajari di bangku kuliah kini hanya 60 persen relevan di dunia kerja.
“Kecepatan perubahan teknologi sudah melampaui kecepatan perubahan institusi, bahkan individu,” ujar Prof Arif. “Oleh karena itu, lulusan IPB University harus dibekali dengan agility yang tinggi, kemampuan untuk terus belajar, dan kesiapan untuk memimpin perubahan.”
Ia mencontohkan bagaimana perusahaan-perusahaan besar seperti Google telah mengembangkan sistem sertifikasi sendiri. IPB University merespons tantangan ini dengan menyediakan 8.500 akun mikrokredensial secara gratis.
Dengan kesempatan ini, mahasiswa dapat mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri masa kini di sejumlah platform seperti LinkedIn Learning, Coursera, dan Udemy.
Dalam pidatonya, Prof Arif juga menekankan pentingnya future mindset. Ia menyoroti bahwa keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akademik, tetapi juga oleh kemauan untuk terus belajar dan menghadapi tantangan.
“Kita harus menjadi pembelajar sejati. Kemampuan bisa membawa kita ke puncak, tetapi karakterlah yang akan membuat kita bertahan di puncak,” katanya.
Prof Arif juga mengingatkan pentingnya integritas dan karakter dalam kehidupan. Ia menyampaikan bahwa nilai-nilai seperti kejujuran, kedisiplinan, empati, dan kemampuan berkomunikasi menjadi kunci dalam membangun kepercayaan dan kolaborasi.
IPB University, tambahnya, berkomitmen mengembangkan inovasi dan mendorong karya-karya yang berdampak nyata di masyarakat. Berbagai prestasi telah diraih, termasuk peringkat ke-49 dunia dalam bidang pertanian dan kehutanan serta posisi pertama di Asia Tenggara selama lima tahun berturut-turut.
“Selamat kepada para wisudawan. Jadilah agen perubahan, pemimpin masa depan, dan manusia yang membawa manfaat jangka panjang bagi bangsa,” ujar Prof Arif mengakhiri sambutannya.
Sementara itu, Direktur SDM dan Umum Perum BULOG, Prof Sudarsono Hardjosoekarto turut memberikan sambutan mewakili Ketua Umum Himpunan Alumni (HA) IPB. Ia mengajak para wisudawan untuk menjadi bagian dari pilar ketahanan pangan nasional dan turut serta menjaga kedaulatan bangsa melalui sektor pertanian dan pangan.
“Ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan, tetapi juga keterjangkauan dan stabilitas harga. Tidak boleh ada rasa khawatir tentang makan esok hari. Inilah tantangan besar yang akan dihadapi para wisudawan di dunia nyata,” tegas Prof Sudarsono, yang juga merupakan alumni IPB.
Dalam penutupnya, ia mengajak para lulusan untuk tetap terhubung dengan kampus melalui Himpunan Alumni IPB yang kini telah berkembang hingga ke tingkat internasional.
“Dengan ilmu yang kalian miliki hari ini, jadilah bagian dari kekuatan bangsa untuk menjaga kedaulatan pangan. Pangan adalah soal hidup dan mati, sebagaimana ditegaskan Presiden Soekarno saat meletakkan batu pertama Fakultas Pertanian IPB pada tahun 1952,” pungkasnya. (Fj)