Pakar Ekonomi Politik IPB University: Pasca-Lebaran 2025, Daya Beli Masyarakat dan Bayang-Bayang PHK Jadi Ancaman

Euforia Idulfitri 1446 H mulai mereda. Perhatian kini beralih ke tantangan ekonomi nasional pasca-Lebaran. Isu krusial yang jadi sorotan salah satunya adalah penurunan serapan tenaga kerja dan melemahnya daya beli masyarakat.
Muhammad Findi, dosen IPB University dari Program Studi Ekonomi Pembangunan mengatakan adanya indikasi perlambatan ekonomi yang tercermin dari arus mudik Lebaran 2025 yang relatif lebih lengang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Ini mengisyaratkan ada potensi berkurangnya kemampuan finansial masyarakat untuk melakukan perjalanan mudik,” jelas pakar ekonomi politik IPB University ini.
Survei Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menunjukkan perkiraan jumlah pemudik Lebaran 2025 mencapai 146,48 juta orang. Jumlah ini mengalami penurunan signifikan sebesar 24 persen dibandingkan 193,6 juta pemudik pada tahun 2024.
Lebih lanjut, Findi menilai penurunan ini sebagai sinyal kuat bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah strategis dalam membangkitkan kembali perekonomian nasional, terutama melalui penciptaan lapangan kerja baru di sektor ekonomi kreatif yang dinilai menarik bagi generasi milenial dan gen Z.
Di waktu yang bersamaan, ancaman gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal berpotensi terjadi sepanjang tahun 2025, akibat ketidakpastian ekonomi global.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, tingkat pengangguran terbuka berada di kisaran 4,81 persen pada semester pertama dan 4,91 persen pada semester kedua.
“Tren kenaikan ini dapat berlanjut jika pemerintah tidak memberikan stimulus yang memadai bagi para pengusaha,” ungkapnya.
Ia merekomendasikan pemerintah untuk memprioritaskan perlindungan bagi generasi muda yang baru memasuki dunia kerja. Langkah-langkah yang disarankan meliputi fasilitasi usaha berbasis digital, dukungan komprehensif bagi pekerja ekonomi kreatif, serta peningkatan akses modal kerja dan pelatihan profesionalisme.
Hasil analisis dari dampak penurunan animo mudik terhadap perputaran uang selama periode Idulfitri, menunjukkan penurunan dari Rp157,3 triliun pada tahun 2024 menjadi Rp137,975 triliun pada tahun 2025.
Penurunan ini, sebutnya, menjadi indikator kuat pelemahan daya beli masyarakat yang berpotensi memengaruhi permintaan industri di sektor hulu dan berujung pada PHK.
Menghadapi situasi ini, Findi menyarankan masyarakat untuk melakukan efisiensi pengeluaran dan mengalihkannya ke sektor-sektor produktif.
Ia juga mendesak pemerintah untuk menjamin ketersediaan kebutuhan pokok, mengoptimalkan layanan kesehatan, melanjutkan program-program sosial seperti Makan Bergizi Gratis dan pembebasan biaya sekolah, serta memperkuat jaring pengaman sosial.
“Stabilitas keamanan dan politik dalam negeri juga krusial dalam memulihkan semangat kebangkitan ekonomi nasional,” tandasnya. (AS)