Tim PR IPB University Tingkatkan Kapasitas bersama Pakar Strategi Komunikasi

Dalam rangka meningkatkan kapasitas tim public relations (PR) untuk penyusunan strategi komunikasi, tim Biro Komunikasi IPB University, terdiri dari Sub Bagian Publikasi, Penyiaran, Layanan Terpadu dan Promosi berguru kepada praktisi sekaligus pakar strategi komunikasi, Fardila Astari. Acara dilaksanakan di Ruang Sidang Rektor 1 Kampus IPB Darmaga, 10/7.
Kepala Biro Komunikasi IPB University, Yatri Indah Kusumastuti menyampaikan terima kasih atas kesediaan Fardila Astari yang bersedia meluangkan waktu untuk tim IPB University. Diakuinya, instrumen riset dalam dunia ilmu komunikasi banyak mengalami perkembangan yang pesat, sehingga Yatri menyampaikan bahwa ini adalah kesempatan untuk timnya terus belajar.
Mengawali paparan, Fardila Astari mengatakan bahwa Humas IPB University bisa menjadi role model karena prestasinya dalam berbagai event award terkait PR di Indonesia.
“IPB University selalu menang di mana pun berada. Selalu ada wow effect dalam setiap presentasinya, sehingga dokumen yang dikompetisikan dari IPB University menjadi sesuatu hal yang menarik,” ucapnya.
Fardila dalam penjelasannya menyampaikan pentingnya framework dalam kerja komunikasi. Meski demikian, kata dia, framework dalam komunikasi merupakan ilmu lama, namun baru banyak disadari akhir-akhir ini.
“Kerja komunikasi merupakan bagian dari manajemen, kita harus tahu dan membaca visi misi institusi juga memahami rencana jangka panjang dan jangka pendek, akan ke mana arah institusi kita,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan ada lima kapabilitas yang harus dimiliki setiap praktisi PR, yaitu planning, campaign, crisis communications, evaluation and measurement dan social capital.
Ia menjelaskan bahwa tim PR mesti jeli menangkap isu apa saja yang terjadi di eksternal dan internal. Lalu, lanjut dia, tetapkan isu apa yang jadi prioritas. Tim PR juga harus bisa memetakan dan menganalisis kelompok mana saja yang bisa berdampak pada institusi, termasuk memengaruhi reputasi dan profit. “Dengan demikian, bisa dipetakan mana yang harus mendapat perhatian khusus,” tambahnya.
Di akhir presentasi, Fardila mengatakan bahwa menjaga reputasi adalah pekerjaan CEO, dalam hal ini rektor sebagai pemimpin perguruan tinggi. Karena itu, ia menekankan bahwa PR dan pemimpin tertinggi harus saling berjalan berdampingan. (dh/Rz)