Mahasiswa Penerima AIS Innovator Scholarship Kunjungi Menko Marves

Mahasiswa Penerima AIS Innovator Scholarship Kunjungi Menko Marves

Mahasiswa Penerima AIS Innovator Scholarship Kunjungi Menko Marves
Student Insight

Mahasiswa penerima beasiswa internasional Archipelagic Island States (AIS) Innovator Scholarship dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University mendapatkan sambutan baik dan semangat dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B Pandjaitan saat lakukan courtesy visit, Senin (25/3).

“Kelak mahasiswa IPB University program master AIS dapat memberikan kontribusi positif bagi negaranya masing-masing dalam sektor kelautan dan perikanan,” ujar Prof Luky Adrianto sekalu koordinator program ini.

“Hal teknis memang dapat Anda pelajari dari Indonesia, tetapi semangat berkontribusi ini, Anda harus bawa kembali ke negara Anda. Anda-lah yang dapat mengubah negara sendiri,” tutur Menko Luhut dengan berkaca pada segudang pengalamannya saat berada di dalam pemerintahan.

Menko Luhut juga menyampaikan untuk tidak mengandalkan masa depan dan kemajuan negaranya kepada negara lain. Ia berujar bahwa tiap-tiap negara dari mahasiswa penerima beasiswa ini juga dapat bertransformasi menjadi negara maju. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menginterpretasikan hal-hal yang telah dipelajari di Indonesia kepada negaranya masing-masing.

“Latar belakang dan minat riset mereka yang beragam mencerminkan tantangan dan peluang yang beragam yang dihadapi negara kepulauan dan pulau di seluruh dunia,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenkomarves, Jodi Mahardi.

Melalui program beasiswa Inovator, Jodi menyebut bahwa kolaborasi antara Pemerintah Indonesia, Sekretariat Forum AIS, dan United Nations Development Programme (UNDP) bertujuan untuk memberdayakan para sarjana ini menjadi katalis untuk perubahan positif di komunitas mereka.

Perwakilan dari IPB University, Prof Luky Adrianto, selaku Kepala Lembaga Riset Internasional Kemaritiman, Kelautan dan Perikanan; yang didampingi oleh Dekan Sekolah Pascasarjana (Prof Dodik Ridho Nurrochmat) dan Ketua Departemen MSP (Prof Hefni Effendi); menyampaikan peran sentral dari Indonesia sebagai negara yang potensial menjadi pemimpin studi tentang kelautan dan perikanan di negara-negara AIS.

“Para penerima beasiswa akan mengambil mata kuliah tertentu di Universitas Malta untuk memperluas pengetahuan mereka dan mendorong kolaborasi penelitian internasional,” ucap Prof Luky Adrianto.

Program master ini berfokus pada Small Island Management yang dikelola oleh Program Studi (Prodi) Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL) Departemen MSP FPIK IPB University. Mahasiswa dari negara-negara AIS yang mengikuti program dengan full scholarship ini berasal dari Madagaskar, Komoro, Timor Leste, Papua Nugini, Fiji, Solomon dan Indonesia.

Saat pertemuan berlangsung, mahasiswa penerima beasiswa ini juga diberikan kesempatan langsung untuk memaparkan fokus penelitian dan visi mereka setelah selesai menempuh studi. Hal ini disampaikan para mahasiswa sebagai komitmen dalam berkontribusi untuk mengatasi permasalahan bidang perikanan dan kelautan di negaranya masing-masing.

“Timor Leste saat ini menghadapi masalah polusi, seperti sampah, jadi ketika saya selesai studi, saya ingin bekerja dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Timor Leste untuk memperbaiki pengelolaan pencemaran di laut. Di Indonesia, ada banyak solusi inovatif dalam pengelolaan sampah,” kata Alzira de Jesus dos Santos, mahasiswa dari Timor Leste.

Adapun paparan yang disampaikan oleh mahasiswa asal Comoro Island, Ibrahim Tamou mengungkapkan bahwa dirinya sangat tertarik dalam hal pengelolaan sumber daya laut. “Negara saya masih mengembangkan semua sektornya, termasuk sektor kelautan. Saya ingin tahu area mana yang cocok untuk negara saya, Komoro,” ucapnya.

Mahasiswa asal Papua Nugini, Lisa Ipambonj, juga memaparkan terkait fokus penelitiannya selama menempuh studi di Indonesia. Lisa tertarik pada hal dampak sosial-ekonomi terhadap keberlanjutan ekosistem terumbu karang. Dengan ini, keberlanjutan konservasi terumbu karang di Samudera Pasifik dapat terencana dan tersusun dengan baik.

Menko Luhut memaparkan dan mengharapkan bahwa program beasiswa ini dapat diselenggarakan secara berkelanjutan serta semua pihak dapat mendukung hal ini. “Saya berharap program ini dapat dilanjutkan, dan mengharapkan seluruh kementerian/lembaga dapat mendukung hal ini,” pungkas Menko Luhut. (*/Rz)