Kampung Ramah Keluarga: Guru Besar IPB University Buat Program Peduli Lansia Sehat, Tangguh, Bahagia

Kampung Ramah Keluarga: Guru Besar IPB University Buat Program Peduli Lansia Sehat, Tangguh, Bahagia

Kampung Ramah Keluarga: Guru Besar IPB University Buat Program Peduli Lansia Sehat, Tangguh, Bahagia
Riset

Guru Besar IPB University, Prof Euis Sunarti menyelenggarakan Pengembangan Model Kampung Ramah Keluarga, bekerja sama dengan Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA) IPB dengan Penggiat Keluarga (GiGa) Indonesia. Salah satu bagian program tersebut adalah Program Peduli Lansia “Sehat, Tangguh dan Bahagia”.

Kegiatan diikuti oleh 20-23 lansia di RW 9 Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Bogor. Prof Euis Sunarti hadir sebagai fasilitator bersama Dr Defina yang juga berasal dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University.

“Program ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan perawatan kesehatan diri lansia, serta pemahaman mengenai tugas perkembangan lansia. Selain itu, program ini juga untuk meningkatkan konsep diri positif dan kesempatan kontribusi lansia dalam masyarakat,” ujar Prof Euis.

Ia menuturkan, para lansia terlihat sangat antusias mengikuti program ini. Mereka senang ketika diajarkan tips sederhana untuk lebih menerima dan mencintai diri sendiri, juga tips sederhana agar bugar dan sehat.

Melalui program ini, sebut Prof Euis, para lansia memperoleh pemahaman bahwa ada tugas-tugas perkembangan yang perlu diperhatikan dan dipenuhi. Selain dijelaskan, para lansia juga diminta mengulang-ulang beberapa tugas perkembangan agar dipahami dan dapat ditindaklanjuti.

“Di tengah ragam aktivitas para lansia, ternyata masih ada banyak ruang kesempatan bagi mereka untuk ikut serta membangun Kampung Ramah Keluarga, di antaranya mengalihkan para cucu untuk tidak terlalu banyak berinteraksi dengan gadget,” paparnya.

Prof Euis mengungkap beragam masalah yang dihadapi lansia di lokasi kegiatan. Mulai dari masalah kesehatan fisik, kesehatan psikologis, masalah ekonomi, dan masalah dukungan keluarga.

Dari program ini juga terungkap bahwa para lansia masih menjadi andalan keluarga, bahkan banyak yang menjadi andalan keluarga anaknya. Lansia menjadi andalan penitipan dan mengasuh cucu, karena anaknya harus bekerja.

“Cukup banyak lansia yang masih bekerja dengan berjualan, menjadi buruh cuci, dan asisten rumah tangga. Bagi yang sudah tidak sanggup bekerja, mereka dibiayai oleh anak-anaknya yang juga hidupnya pas-pasan. Para lansia tersebut umumnya janda yang tinggal bersama anak menantu dan cucu. Beberapa lansia membagi rumahnya menjadi beberapa petak untuk ditinggali anak-anaknya,” sebutnya.

Selain itu, masalah psikologis yang dirasakan para lansia seperti rasa kesal, tersinggung, bahkan marah akibat berbagai hal. Kondisi tersebut ditangani dengan beragam cara seperti ngomel, ikut marah, diam, atau disalurkan dengan pergi ikut pengajian. (*/Rz)