Prof Clara M Koesharto Ulas Potensi dan Keunggulan Inovasi Clari-Moringa untuk Pencegahan Stunting

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengadakan webinar Be An Expert: Handling Stunting dalam rangka memaknai Hari Keluarga Nasional ke-XXX dan Hari Anak Nasional tahun 2023. Seminar nasional ini membahas topik mengenai ‘Peningkatan Ketahanan dan Perlindungan Keluarga untuk Membangun Manusia Indonesia Berkualitas’.
Webinar ini dibuka oleh Prof Rizal Damanik, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN yang juga dosen IPB University dari Fakultas Ekologi Manusia (Fema). Prof Rizal mengungkapkan bahwa stunting adalah program prioritas nasional, di mana pemerintah mengamanatkan BKKBN sebagai koordinator percepatan penurunan stunting.
“Percepatan penurunan stunting ini harus dilakukan oleh berbagai pihak seperti kementerian, lembaga atau organisasi dengan komitmen yang sama. Perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan tentunya harus memiliki peran yang strategis,” kata dia.
Lanjutnya, BKKBN sudah melakukan berbagai upaya antara lain dengan melakukan pendataan keluarga berisiko stunting di seluruh Indonesia. Prof Rizal berharap bahwa setelah webinar ini akan ada rencana tindak lanjut pemanfaatan dari hasil kegiatan tersebut.
Prof Clara M Koesharto, pakar gizi IPB University menjadi salah satu narasumber dalam seminar tersebut. Ia mengulas hasil risetnya berupa inovasi Clari-Moringa sebagai salah satu upaya pencegahan stunting.
Penelitian Clarias dan Moringa telah menghasilkan berbagai produk, bukan hanya tepungnya saja melainkan juga produk turunan berupa Biskuit Clarimoringa. Ini merupakan produk berprotein tinggi dari tepung ikan lele yang diperkaya dengan tepung kelor sebagai sumber protein nabati. Biskuit ini berpotensi besar sebagai makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi terutama kejadian underweight dan stunting.
“Perguruan tinggi telah berpartisipasi dengan sentuhan teknologi, yaitu inovasi yang berasal dari produk lokal untuk menjadi produk potensial, sehingga meningkatkan status gizi dan kesehatan di Indonesia, salah satunya dengan menciptakan produk penelitian inovatif,” ungkap Prof Clara.
Ia menerangkan, inovasi Clari-Moringa berasal dari clarias gariepinus atau ikan lele. Menurutnya, produk ini memiliki tinggi protein, murah dan populer di masyarakat
“Melalui inovasi ini, kami menemukan teknologi tepat guna mengolah ikan segar budi daya yaitu clarias gariepinus menjadi tepung ikan dan produk turunannya. Kami juga sudah bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi untuk bisa melakukan hal tersebut,” tuturnya.
Prof Clara melanjutkan, dalam pengembangan produk tersebut ada beberapa hal yang perlu ditekankan seperti karakteristik pangan yang potensial untuk dikembangkan dengan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan. Hal tersebut terdiri dari keterjangkauan produk yang mudah dibeli oleh konsumen, populer, kontinuitas dan ramah lingkungan.
“Konsumsi protein hewani penting pada anak usia 6-24 bulan yang mendapatkan makanan pendamping asi (MPASI). Berdasarkan pedoman gizi seimbang, lauk pauk mencakup protein nabati dan hewani, kombinasi ini sangat baik karena protein hewani mengandung asam amino esensial lengkap yang baik bagi pertumbuhan anak,” jelasnya. (Lp/Rz)