Dorong Produksi Bawang Putih Nasional, Fakultas Pertanian IPB University dan Aseibssindo Jalin Kerja Sama

Bawang putih, siapa yang tidak kenal dengan komoditas tersebut? Bawang putih merupakan bumbu masakan yang selalu tersedia di dapur setiap keluarga. Di pasar pun ketersediaan bawang putih dapat ditemukan dengan mudah. Namun, hanya segelintir orang yang mengetahui bahwa terdapat kendala yang besar dalam penyediaan komoditas tersebut.
Sebagian besar ketersediaan bawang putih nasional dipenuhi dari impor. Hal ini tidak dapat dihindari karena produksi bawang putih nasional yang masih sangat rendah. Hal ini mendorong Fakultas Pertanian IPB University bersama Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayuran Segar Indonesia (Aseibssindo) menjalin kerja sama untuk meningkatkan produksi bawang putih nasional.
Dr Syarifah Iis Aisyah, dosen IPB University dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian mengungkap, volume impor bawang putih berdasarkan Outlook Bawang Putih-Komoditas Pertanian Subsektor Hortikultura, Pusat Data dan Informasi Pertanian-Kementerian Pertanian 2020 pada tahun 1996 sebesar 59,89 ribu ton. Angka tersebut terus menanjak hingga mencapai 600 ribu ton pada tahun 2018, yang berarti hampir 94 persen dari kebutuhan bawang putih nasional.
“Meningkatnya volume impor bawang putih tersebut membuka peluang bagi petani untuk meningkatkan produksi bawang putih dalam negeri yang diimbangi dengan perbaikan kualitas sesuai permintaan pasar, baik di dalam maupun di luar negeri,” jelasnya.
Ia menambahkan, pemerintah terus berupaya mendorong petani dalam meningkatkan budi daya bawang putih. Tentunya peningkatan produksi harus dibarengi dengan kualitas yang bagus dan berdaya saing ekspor.
“Ketersediaan benih unggul bermutu masih menjadi kendala utama dalam produksi bawang putih nasional. Produksi bawang putih nasional perlu didukung ketersediaan benih dengan mutu fisiologi, genetik maupun kesehatan benihnya yang baik,” ujar Dr Iis.
Lebih lanjut ia menerangkan, infeksi virus terbawa benih pada bawang putih sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Ketersediaan benih yang bebas dari patogen terbawa benih (virus) penting untuk dilakukan. Menurutnya, pengembangan teknologi kultur jaringan dalam penyediaan benih bawang putih bermutu dan bebas patogen diharapkan dapat memenuhi kebutuhan baik secara kuantitas dan kontinuitas.
“Industri benih bawang putih akan berkembang jika didukung oleh penemuan varietas-varietas baru yang memiliki keunggulan agronomis. Program koleksi dan pengembangan varietas baru harus ditangani dengan baik,” imbuhnya.
Selain itu, kata Dr Iis, peningkatan produksi juga perlu didukung oleh pengembangan teknologi budi daya tanaman, sehingga penyusunan pedoman Good Agricultural Practices (GAP) untuk tanaman bawang putih menjadi penting untuk menjadi pedoman bagi pelaku budi daya.
“Inovasi teknologi perlu dimanfaatkan agar dapat digunakan oleh masyarakat luas. Berkaitan dengan hal tersebut, kerja sama antara perguruan tinggi dan industri menjadi sangat penting,” tegasnya.
Kerja sama perguruan tinggi dan industri dijalin dengan Fakultas Pertanian IPB University melalui perjanjian kerja sama (PKS) yang ditandatangani
di Ruang Sidang Fakultas Pertanian, Kampus IPB Dramaga, belum lama ini.
Perjanjian kerja sama ditandatangani oleh Dekan Fakultas Pertanian IPB University, Prof Suryo Wiyono dan Ketua Umum Aseibssindo, Ayub A Fina, SH, MH, MARS. Kerja sama ini akan berlangsung selama lima tahun dengan melibatkan dosen dari lintas departemen di Fakultas Pertanian IPB University, yaitu Departemen Agronomi dan Hortikultura, Departemen Proteksi Tanaman serta Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan. (*/Rz)