LPPM IPB University Terjunkan Dosen dan Alumni Tawarkan Solusi Pertanian di Desa Petir

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University melakukan program Stasiun Lapang Agro Kreatif (SLAK) di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan ini melibatkan alumni IPB University sebagai fasilitator dan beberapa dosen untuk mengabdi di desa ini selama satu bulan dari tanggal 1 sampai 30 November 2019.
Pada kesempatan ini fasilitator bertugas menampung semua aspirasi dari masyarakat baik mengenai kendala di desa, potensi desa, dan ketika IPB University turun ke desa apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Wildan Sujali, Plt Kepala Desa Petir, menyampaikan bahwa mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di desa Petir yaitu hasil panen jagung dan ubi jalar yang tidak memuaskan karena adanya serangan hama.
"Hasil panen langsung dijual dengan murah tanpa adanya produk olahan, kemudian permasalahan lainnya adalah banyaknya sampah yang menumpuk karena tidak tersedianya tempat pembuangan sampah yang memadai dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah," ungkapnya.
Sementara itu, hasil wawancara yang dilakukan oleh fasilitator dengan beberapa masyarakat petani, didapatkan informasi bahwa petani merasa kesulitan memperoleh air untuk pengairan ke lahan budidaya. Selain itu, mereka menyampaikan banyaknya hama yang menyerang tanaman dan sulit dilakukan pengendalian terhadap hama tersebut. Mereka juga berharap, hadirnya IPB University ke desa dapat memberikan masukan dan solusi terhadap permasalahan yang mereka hadapi.
Pada tanggal 21 November 2019, tim LPPM IPB University bersama dosen yang mengabdi di Desa Petir melakukan pertemuan dengan warga untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan mencari solusi terhadap permasalahan tersebut.
Dosen yang berkesempatan hadir pada kali ini adalah Dr Irmansyah dari Departemen Fisika IPB University, yang menyampaikan materi dan memberikan edukasi tentang tata cara berhemat dalam menggunakan energi listrik.
Sementara itu, dua dosen Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University, Dr Dewi Sartiami dan Dr Rully Anwar menyampaikan materi tentang hama baru pada jagung yaitu ulat grayak jagung (Spodoptera frugiperda). Hama ini menjadi hama penting pada jagung karena kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman, bahkan dalam serangan berat tanaman tidak dapat berproduksi akibat serangan pada titik tumbuh jagung.
"Hama ini memiliki ciri-ciri terdapat garis seperti huruf "Y" di bagian kepala, sedangkan pada bagian ekor terdapat empat titik hitam yang membentuk persegi," ungkap Dewi.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan terbadap hama jagung ini salah satunya menggunakan cendawan entomopatogen. Cendawan entomopatogen ini telah disiapkan dari kampus IPB Dramaga sehingga masyarakat dapat menggunakannya di lapangan. "Cendawan yang digunakan yaitu Metarizhium rileyi yang dapat dibiakkan pada media jagung dan beras," jelas Rully.
Sesi terakhir diskusi ini membahas keberlanjutan kegiatan yang akan dilakukan. Masyarakat berharap dengan adanya kegiatan SLAK ini dapat memberikan solusi sehingga ke depannya kesejahteraan masyarakat dapat lebih baik lagi. (AANL/RA)
Keyword : Dosen IPB, SLAK IPB, hama baru jagung, cendawan entomopatogen