“Aku Muda Pancasila” Forum Dialog Millenial Bicara Kebangsaan

“Aku Muda Pancasila” Forum Dialog Millenial Bicara Kebangsaan

aku-muda-pancasila-forum-dialog-millenial-bicara-kebangsaan-news
Berita

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan dinamis di era milenial ini, memberi pengaruh sangat besar bagi kaum muda. Tak hanya sekedar pengaruh life style, namun juga pandangan ideologi. Kalangan anak muda memiliki kecenderungan kuat dan kemungkinan lebih besar terlibat dalam gerakan sosial yang bertentangan dengan Pancasila. Melalui kegiatan Forum Dialog Milenial Bicara Kebangsaan “Aku Muda Pancasila” yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir,  IPB University bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik dan Gemilang di Auditorium Andi Hakim Nasution (AHN) IPB University, Kampus Dramaga, Bogor (7/12), kaum muda mendapat materi untuk senantiasa mencintai Pancasila di tengah perkembangan teknologi. Gemilang merupakan salah satu komunitas atau organisasi generasi lintas agama dan suku untuk mendukung pancasila dan kebangsaan.

Keindahan akan keberagaman yang ada di Indonesia dengan nilai-nilai pancasila, mulai terusik dengan berkembangnya paham yang tidak memandang nasionalisme dan kebangsaan, intoleransi, penolakan demokrasi dan menguatnya primordialisme di tengah masyarakat yang disebabkan oleh perkembangan teknologi.

“Kita ini hidup di tengah-tengah keberagaman Indonesia yang indah dengan segala nilai-nilai Pancasila. Tapi kenyataannya, saat ini kita terusik dengan dinamisnya perkembangan teknologi yang menyebabkan berkembangnya paham yang tidak memandang nasionalisme dan kebangsaan, intoleransi, penolakan demokrasi, dan menguatnya primordialisme ditengah masyarakat,” kata Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Ismail Cawidu.

Salah satu penyebab masalah yang mengusik bangsa adalah rendahnya media literasi serta perkembangan teknologi yang tidak diimbangi dengan pengetahuan dan penguasaan teknologi itu sendiri, yang akhirnya mudah menerima berita hoax.

“Masalah yang ada itu, rendahnya media literasi di masyarakat. Iya teknologi berkembang pesat tapi tidak diimbangi penguasaan terhadap teknologi itu sendiri. Akhirnya apa yang terjadi? Masyarakat mudah menerima berita hoax. Kondisi ini harus mendapat perhatian mengingat pengguna internet di Indonesia sebesar 171,17 juta jiwa atau 64,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia,” jelas Ismail.

Lebih lanjut Ismail menjelaskan bahwa Indonesia sedang darurat hoax yang dapat menghancurkan bangsa, menghukum tanpa mengadili dan menyebabkan dampak negatif yang lain. Menurutnya, ciri-ciri hoax ini adalah menciptakan kecemasan, sumber tidak jelas, pesan sepihak, judul fanatisme dan yang berbau negatif lain.   “Hal ini benar-benar dapat merusak nilai-nilai Pancasila”, tutur Ismail.

Menurut Direktur Pusat Studi Pemikiran Pancasila, Syaiful Arif, dalam kurun waktu tiga belas tahun, dukungan terhadap Pancasila menurun sebesar sepuluh persen dan dukungan pro terhadap NKRI bersyariah naik sebesar sembilan persen.  “Hal ini disebabkan karena berita dan isu-isu palsu yang sering masuk ke Indonesia serta pengaruh-pengaruh yang datangnya dari luar,” kata Syaiful Arif.

Pandangan Pancasila yang dianggap sekuler oleh beberapa kalangan, merupakan hal yang tidak benar karena pada dasarnya para pejuang yang telah memperjuangkan lahirnya Pancasila sudah mempertimbangkan banyak hal.

“Kaum nasionalis itu memperjuangkan Pancasila dengan menempatkan Ketuhanan sebagai dasar atau akar. Seluruh nilai-nilai Pancasila itu dibangun dari altar nilai Ketuhanan. Sila pertama itu menerangi sila-sila berikutnya sehingga seluruh sila ini dapat dikatakan benar. Hal ini juga didukung dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan hadist. Untuk itu jangan seenaknya mengatakan bahwa Pancasila ini sekuler,” tegas Syaiful Arif. (Ath/Zul)

Keyword: Pancasila, Generasi Milenian, Forum Dialog Millenial Bicara Kebangsaan, IPB University