Peneliti IPB: Waspadai Hama Baru Ulat Grayak pada Jagung

Peneliti IPB: Waspadai Hama Baru Ulat Grayak pada Jagung

peneliti-ipb-waspadai-hama-baru-ulat-grayak-pada-jagung-news
Berita

Tim peneliti IPB University menemukan hama baru ulat grayak pada jagung yaitu Spodoptera frugiperda. Hama ini dilaporkan kemunculannya di Pasaman Barat, Sumatera Barat pada bulan Maret 2019. Sampai saat ini keberadaan hama S. Frugiperda telah ditemukan di beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Kalimantan Barat.

Untuk mengenali hama ini, Dr Dewi Sartiami, salah satu tim peneliti Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian menjelaskan hama S. frugiperda memiliki corak seperti huruf Y terbalik dan berwarna kuning di bagian kepala. Pada bagian tubuhnya, terdapat garis berwarna kuning pucat di bagian dorsal dan garis berwarna kuning cerah di bagian sub dorsal tubuhnya. Di bagian abdomennya, terdapat garis tebal berupa pita yang berwarna kuning cerah. Sedangkan pada segmen ke-8 abdomen terdapat empat pinacula atau bintik yang membentuk segi empat.

Ia mengungkapkan hama S. frugiperda dapat menyerang tanaman jagung ketika fase vegetatif maupun generatif. Pada fase vegetatif, hama S. frugiperda menyerang pada titik tumbuh-tumbuhan dengan cara memakan daun muda dan tunas muda.

“Ketika masa generatif, hama S. frugiperda menyerang bunga dan tongkol jagung. Bagian bunga yang diserang adalah bagian pangkal bunga jantan, sedangkan pada tongkol yang diserang bagian dalamnya dan larvanya bersembunyi di dalam,” tambah Dr Dewi.

Tanaman jagung yang terserang umumnya terdapat kotoran dari larva S. frugiperda yang berserakan. Serangan pada daun, menyebabkan daun berlubang dengan bentuk persegi.

Berdasarkan temuan di lapangan, serangan hama S. frugiperda dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman jagung sebesar 100 persen. Hal ini karena hama S. frugiperda menyerang pada semua fase tanaman jagung. Varietas tanaman jagung yang diserang berdasarkan temuan di lapangan antara lain jagung manis dan jagung hibrida.

Meskipun kerusakan yang disebabkan oleh hama S. frugiperda sebesar 100 persen, Prof Dr Ir Aunu Rauf, Guru Besar Tetap Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University menegaskan bahwa kehilangan hasil dari serangan hama tersebut tidak mencapai 100 persen.

Ia mengungkapkan, serangan hama S. frugiperda di Afrika menyebabkan kehilangan hasil hanya sebesar 11,57 persen, sedangkan di Indiana, Amerika Serikat dari 100 persen tanaman terserang, kehilangan hasilnya hanya sebesar 15-30 persen.

“Jadi jangan panik, kerusakan di lapangan bisa saja 100 persen, tapi hasil yang hilang belum tentu 100 persen juga. Meskipun demikian, saya menghimbau kepada semua pihak supaya jangan serta merta menggunakan pestisida sintetik untuk mengendalikan hama ini,” tambah Prof Aunu.

Selain itu, perilaku ulat atau larva yang lebih suka bersembunyi di dalam pucuk bisa menyulitkan petani untuk menyemprotkan pestisida. Di sisi lain, ternyata larva S. frugiperda yang berukuran besar dilaporkan telah toleran terhadap insektisida.

Untuk itu, strategi pengelolaan hama asing invasif, lanjut Prof Aunu, yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Hal ini karena di lapangan ditemukan musuh alami yang menyerang hama S. frugiperda. Musuh alami yang ditemukan menyerang hama S. frugiperda antara lain, Tricogramma (parasitoid telur) dan Telenomus romus (parasitoid telur). Di sisi lain terdapat agensia hayati yang potensial untuk dikembangkan yaitu Metarhizium rileyi. Agensia hayati ini ditemukan menginfeksi larva hama S. frugiperda yang ditemukan di Cikoneng, Banten.(Rosyid/Zul)