Peduli Kesejahteraan Pedagang, Mahasiswa IPB University Kaji Revitalisasi Pasar di Bogor

Peduli Kesejahteraan Pedagang, Mahasiswa IPB University Kaji Revitalisasi Pasar di Bogor

peduli-kesejahteraan-pedagang-mahasiswa-ipb-university-kaji-revitalisasi-pasar-di-bogor-news
Riset

Mahasiswa IPB University melakukan penelitian terkait dampak kebijakan revitalisasi pasar rakyat di  Kota Bogor dalam meningkatkan daya saing pasar. Penelitian ini lolos didanai oleh Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Sosial Humaniora (PKM PSH). Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa lintas departemen di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University. Tim ini terdiri dari Widya Syafitri, Karina Dwi Rahmawati dan Aditya Anugrah Ramadhan yang dibimbing oleh Ranti Wiliasih, SP, M.Si.

Widya, ketua tim PKM menyampaikan pasar rakyat mempunyai peran strategis dalam hal penyerapan tenaga kerja. Khususnya sektor retail, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan mencatat bahwa terdapat 13.450 pasar rakyat di seluruh Indonesia dengan 12,6 juta pedagang yang melayani kebutuhan sehari-hari masyaraat Indonesia.

“Namun, perkembangan pasar berbasis teknologi dan pasar modern mengancam keberadaan pasar rakyat. Terlebih kesan pasar rakyat pada umumnya merupakan pasar yang kotor, kumuh, berbau tidak sedap, dan banyak sampah membuat preferensi konsumen berpindah ke alternatif pasar modern. Hal inilah yang mendorong Pemerintah Daerah Kota Bogor mengeluarkan kebijakan revitalisasi pasar untuk memperbaiki pasar rakyat sehingga mendorong kemandirian ekonomi.  Berdasarkan hasil penelitian, adanya revitalisasi mengakibatkan menurunnya pendapatan pedagang.  Pada Pasar Gunung Batu rata-rata pendapatan pedagang sebelum kebijakan ialah Rp 1.922.667 kemudian setelah adanya kebijakan ini rata-rata pendapatan menurun menjadi Rp. 1.626.000. Hal yang sama juga terjadi pada Pasar Kebon Kembang. Kami mendengar pendapat dari para pedagang yang menyampaikan lebih baik pasarnya kurang bagus tapi pengunjung ramai daripada pasar bagus namun sepi pembeli,” ujar Widya.

Kebijakan revitalisasi pasar rakyat baik di Pasar Gunung Batu dan Pasar Kebon Kembang memberikan fasilitas fisik dan manajemen pengelolaan yang cukup baik. Namun pedagang merasakan adanya penurunan pendapatan dan kenaikan biaya pengeluaran yang harus dibayarkan sehingga dapat menurunkan keuntungan,” kata Widya.
Tim ini menarik kesimpulan bahwa kebijakan revitalisasi ini kurang berhasil. Pedagang mengharapkan pengunjung atau pembeli dapat menjadi ramai kembali dan biaya sewa ruko ataupun iuran tempat berjualan tidak mengalami kenaikan terus-menerus bahkan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.

“Pada kenyataannya, ide untuk merevitalisasi pasar rakyat adalah ide yang baik. Namun sistem pengelolaannya juga harus diperbaiki agar dapat lebih mempromosikan pasar rakyat ke masyarakat luas. Kami berharap koordinasi yang baik dapat dilakukan oleh pemerintah dan pedagang dalam proses revitalisasi sehingga tujuan awal untuk menyejahterakan pedagang dapat terwujud,” tutup Widya. (FI/ris)