Guru Besar IPB University, Nutrifikasi Pangan untuk Atasi Masalah Gizi Ganda

Guru Besar IPB University, Nutrifikasi Pangan untuk Atasi Masalah Gizi Ganda

guru-besar-ipb-university-nutrifikasi-pangan-untuk-atasi-masalah-gizi-ganda-news
Riset

Indonesia masih mengalami masalah gizi ganda yakni gizi kurang dan gizi lebih. Ini artinya masih banyak balita yang alami gizi kurang, gizi buruk, stunting dan kekuragan zat gizi mikro serta ibu hamil yang mengalami kurang energi kronis. Sementara di sisi lain banyak anak-anak, remaja maupun orang dewasa yang mengalami kegemukan. Selain itu, trend prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti jantung, diabetes melitus dan hipertensi juga mengalami peningkatan.

Dalam paparannya saat Sidang Terbuka Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Prof Dr Ir Sri Anna Marliyati mengatakan bahwa nutrifikasi pangan dalam skala nasional merupakan salah satu upaya yang diharapkan bisa membantu mengatasi masalah gizi di Indonesia. Penelitian tentang pengembangan berbagai produk pangan bergizi dan pangan fungsional telah dimulai Prof Anna sejak tahun 1995. Berbagai produk pangan bergizi telah dihasilkan. Diantaranya adalah rempah-rempah yang difortifikasi zat besi, mi instan yang mengandung karoten alamiah, biskuit tinggi protein, dan minyak goreng dengan kandungan karoten lebih tinggi.

“Selain itu, kami juga sudah mengembangkan pangan fungsional seperti margarin yang mengandung fitosterol, berbagai produk pangan berbasis minyak sawit merah dan produk pangan yang mengandung ekstrak buah takokak dan daun pegagan,” ujarnya.

Menurutnya, dengan mengkonsumsi kue bagelen yang mengandung minyak sawit merah sebanyak 60 gram per hari selama delapan minggu, mampu menurunkan kadar kolesterol pada pria dewasa. Pangan fungsional dengan ekstrak buah takokak juga mampu menangkal radikal bebas, pencegahan kanker dan memperbaiki stres oksidatif. Daun pegagan bermanfaat dalam memperbaiki profil hematologi dan meningkatkan fungsi kognitif pada tikus percobaan.

“Tantangan ke depan adalah bagaimana agar produk pangan hasil nutrifikasi ini bisa terjangkau oleh daya beli masyarakat, tersedia di pasaran dan menarik minat masyarakat sebagai konsumen untuk membelinya,” terangnya.(zul)