Indonesia Kekurangan Tenaga Kerja di Bidang STEM
Menurut Direktur Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja, Kementerian Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Mahatmi Parwitasari Saronto, di era Volatilitas, Uncertainty, Complex dan Anxiety (VUCA) ini, Indonesia kekurangan tenaga kerja di bidang Sains, Technology, Engineering dan Mathematic (STEM). Untuk itu pemerintah mendorong lembaga Perguruan Tinggi untuk mengembangkan keahlian di bidang STEM.
Hal ini Ia sampaikan saat menjadi Keynote Speaker dalam seminar internasional hasil kerjasama Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan Kementerian PPN/Bappenas di IPB Internasional Convention Center, Bogor (25/4). Tema dari seminar ini adalah “Future Skill and Future Job: Development of Human Capital in Indonesia”.
“Era industri 4.0 memiliki potensi disrupsi di pasar kerja. Sektor pekerjaan rutin dan manual akan hilang digantikan oleh lapangan kerja baru yang membutuhkan keahlian tinggi seperti pekerjaan di bidang teknologi informasi, kesehatan, konstruksi, seni, profesional, manajemen, dan lainnya. Ke depan, keahlian yang dibutuhkan adalah keahlian yang tidak dapat diganti oleh mesin seperti kemampuan memecahkan masalah, kemampuan negosiasi, kreativitas dan berpikir kritis,” ujarnya.
Indonesia memiliki kebutuhan besar akan tenaga ahli di bidang teknis teknologi. Namun sayang, saat ini Indonesia hanya mencetak lulusan di bidang STEM sebanyak 8 dari 10 ribu jumlah penduduk. Sangat kecil dan jauh tertinggal dibandingkan China dan India. Bahkan Indonesia berada di peringkat 10 terbawah dari 72 negara dengan kemampuan di bidang matematika membaca dan sains.
“Kemajuan teknologi di era ini telah banyak mengubah pola hidup di masyarakat. Berbagai perusahaan besar di dunia ini didominasi oleh perusahaan teknologi yang telah mengubah trend global dalam waktu dua dekade. Kemajuan teknologi digital juga telah membuka peluang usaha baru di bidang yang belum pernah ada sebelumnya. Yang juga sangat besar mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat,” imbuhnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Dr. Ir. Nunung Nuryartono dalam sambutannya menyampaikan bahwa IPB dalam merespon industri 4.0 aktif tidak hanya membuat riset 4.0 namun juga kurikulum 4.0.
Seminar ini bertujuan untuk menyediakan berbagai rekomendasi yang komprehensif terkait dengan permasalahan pembangunan sumberdaya manusia di Indonesia dalam rangka meningkatkan daya saing di era VUCA. Peserta pada kegiatan ini terdiri dari para dosen, peneliti, praktisi, mahasiswa, dan pengambil kebijakan yang berasal dari berbagai instansi yang merumuskan kebijakan yang berkontribusi positif dalam hal perkembangan sumber daya manusia nasional. Seminar internasional ini menghadirkan beberapa narasumber baik dari dalam maupun luar negeri. (dh/Zul)
