Kiat Membuat Tempe dan Terrarium yang Bagus

Kiat Membuat Tempe dan Terrarium yang Bagus

kiat-membuat-tempe-dan-terrarium-yang-bagus-news
Berita

Sejumlah mahasiswa Institut Pertanian Bogor dan beberapa perguruan tinggi di Jabodetabek mengikuti Biofarm di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (FMIPA-IPB), Minggu (24/2). Acara ini merupakan bentuk pengaplikasian ilmu biologi dalam kehidupan, salah satunya dengan memfasilitasi mahasiswa mempelajari pemuliaan tanaman dan bercocok tanam. “Biofarm tahun ini mengusung biodiversitas dengan mengangkat tema tentang pembuatan terrarium dan tempe,“ tutur Ananda Zahra, Ketua Pelaksana.

Terrarium merupakan cara bercocok tanam pada wadah yang bening atau transparan. Umumnya tanaman yang digunakan dari jenis tanaman sukulen karena bentuknya yang unik. Biasanya media yang dibutuhkan adalah batu zeolit, tanaman sukulen, media tanam, dan batuan hias. Wadahnya juga bisa menggunakan gelas plastik bekas sehingga dapat mengurangi sampah plastik. Selain untuk bercocok tanam, membuat terrarium terbukti juga bisa mengurangi stress,” ujar Suci Pratiwi, mahasiswa semester 8 Departemen Biologi IPB yang menjadi pemateri pada sesi pembuatan terrarium.

Dalam acara ini Suci juga menyampaikan agar tidak busuk,  menyiram terrarium dengan tanaman sukulenjangan terlalu berlebihan, cukup dengan sedikit  air saja. Batu zeolit yang bisa menyerap air dapat berfungsi sebagai indikator kandungan air dalam media tanam. Oleh karena itu diletakkan pada bagian paling bawah. Pada kondisi basah batu zeolit berwarna hijau tua, yang menandakan terrarium tidak perlu disiram. Jika berwarna hijau pucat dan kering menandakan terrarium harus disiram. Penyiraman terrarium cukup 2-3 kali sepekan dengan mempercikkan air langsung pada media tanamnya. Mempercikkan air langsung pada tanaman sukulen akan mempercepat kebusukan pada daunnya.

“Tanaman sukulen itu beradaptasi di lingkungan yang kering, jadi cekaman utama terrarium itu air. Dan jika terrarium telah beranak, jangan lupa dipindahkan ke wadah baru agar perakarannya baik dan leluasa bertumbuh,” papar Suci.

Sukulen juga harus dikeluarkan dari ruangan agar mendapat udara segar dan sinar matahari cukup. “Pengalaman saya kalau diletakkan di luar warna tanamannya hijau tua, tapi kalau diletakkan di kamar warnanya sedikit pudar. Minimal sekali seminggu diletakkan di luar ruangan,”jelas Suci.

Sesi belajar membuat tempe dibawakan oleh Siman dari Rumah Sehat Tempe Super. Siman menyampaikan proses pembuatan tempe dimulai dari perebusan kedelai mentah sampai mendidih, kemudian perendaman dengan biofresh atau air bekas perendaman kedelai sebelumnya, pemrosesan biji kedelai hingga ke tahap peragian tempe. Sebelum masuk ke tahap peragian biji kedelai  dilakukan pencucian dengan air bersih dan kemudian disiram air mendidih dan dilakukan penyortiran. Tujuan perendaman dengan biofresh atau air bekas perendaman kedelai sebelumnya adalah pengasaman, agar hasil akhir tempenya tidak pahit. Untuk pertama kali dipakai biofresh setelahnya bisa memakai air sisa perendaman sebelumnya.

Untuk membuat tempe menggunakan ragi khusus tempe. Lima kilogram kedelai menggunakan 10 gram ragi. Waktu peragian membuat tempe tidak boleh di tempat terbuka karena sifat ragi yang mudah bertebaran. Siman juga menjelaskan bahwa semua tempe daun dan plastik di pasaran sama-sama menggunakan plastik pada tahap pengemasan awalnya, kecuali tempe mendoan yang menggunakan daun dari awal pengemasan. Tempe daun di pasaran pada saat setengah matang baru dipindahkan ke daun. “Tempe daun itu aromanya lebih khas karena kapangnya masih tumbuh dan terpengaruh  wangi dari daunnya,” tutur Siman.

Acara yang memiliki jargon ‘Biodiversity start here, biofarm create your tempe and grow up terrarium’ dalam pelaksanaannya juga bertujuan untuk mengasah softskill mahasiswa. “Walaupun ilmu biologi itu ilmu dasar tapi kita tidak tahu masa depan kita, softskill seperti ini banyak aplikasinya di masa depan. Semoga dari ilmu hari ini dapat menjadi ilmu untuk kita menjadi pengusaha,” tutur Muhimat, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Biologi IPB (LR/ris)