IPB Siapkan Rekomendasikan Perbaikan Data Perberasan Nasional

IPB Siapkan Rekomendasikan Perbaikan Data Perberasan Nasional

ipb-siapkan-rekomendasikan-perbaikan-data-perberasan-nasional-news
Berita

Dalam rangka mendapatkan data produktivitas tanaman padi dan luas lahan atau luas panen, Badan Pusat Statistika (BPS) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan kajian dan mengimplementasikan pendekatan Kerangka Sampling Area (KSA). Yakni teknik pendekatan penarikan contoh yang menggunakan area lahan sebagai unit enumerasi. Sistem ini berbasis teknologi sistem informasi geografis (SIG), penginderaan jauh, teknologi informasi, dan statistika untuk memperoleh data dan informasi pertanian tanaman pangan, khususnya padi. 

Pendekatan KSA diharapkan mampu menjawab penyediaan data dan informasi yang akurat dan tepat waktu untuk mendukung perencanaan Program Ketahanan Pangan Nasional.  Namun demikian, publikasi hasil kajian berdasarkan KSA telah membuat “kericuhan” data perberasan nasional karena telah terjadi perbedaan yang signifikan antara data berdasarkan publikasi Kementerian Pertanian (Kementan) dengan data berdasarkan publikasi BPS.

Untuk menjawab tantangan ini, tiga unit kerja di Institut Pertanian Bogor (IPB) yaitu Departemen Statistika dan Direktorat Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) mencoba menginisiasi kajian terhadap permasalahan ini.  

Salah satunya adalah dengan menggelar Workshop Pemanfaatan Citra Satelit dalam Pengembangan Metode Kerangka Sample Area, di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (16/03). Dalam workshop ini terungkap bahwa diperlukan langkah sinergi dari setiap instansi terkait untuk bekerja bersama dalam memperbaiki data nasional khusunya produksi beras nasional. Perlu penyusunan rekomendasi untuk perbaikan data perberasan nasional kepada pemerintah dan akan dilakukan workshop lanjutan dengan narasumber semua instansi terkait di Indonesia.

Dalam paparannya, Dr. Rizatus Shofiyati narasumber dari Pedologi dan Penginderaan Jarak Jauh, Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) menyampaikan bahwa jika digunakan dua metode, remote sensing dengan metode KSA, bisa diintegrasikan maka hasil pengamatannya akan sangat bagus.

“Remote sensing digunakan dalam mengidentifikasi dan memonitor tanaman pertanian untuk menjembatani banyak hal. Saat ini sudah dilakukan untuk padi pada tahun 2012. Tahun ini BPPT diminta melakukan remote sensing untuk jagung. BPS minta 100 persen akurasinya,” ujarnya.

Menurut Dr. Rizatus, lahan di Indonesia yang potensial untuk pertanian ada 99,22 juta hektar (data tahun 2015). Sekira 70,59 juta hektar di lahan kering dari 144,47 juta hektar lahan yang tersedia. Ada 9,44 juta hektar di lahan basah non rawa, 19,19 juta hektar di lahan rawa (dari 34,12 juta hektar yang tersedia). Eksisting lahan pertanian tahun 2017 adalah lahan sawah seluas 7,10 juta hektar (koreksi dari BPS, 2018), tegal atau kebun seluas 11,73 juta hektar, ladang atau huma seluas 5,22 juta hektar. Lahan sementara yang tidak diusahakan ada 12,02 juta hektar dan lahan perkebunan (tanaman tahunan) ada 25,85 juta hektar. 

Sementara itu, menurut Dr. Paulus BK Santoso, dari Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian menyampaikan bahwa untuk mendapatkan data dan informasi produksi padi yang cepat dan akurat, kendala yang sering dihadapi selama ini adalah adanya perhitungan luas panen, khususnya padi, menggunakan metode yang dianggap kurang ilmiah, akurasi data luas panen belum terukur, data luas panen disinyalir kurang obyektif dan data luas panen disinyalir over estimate. 

“BPPT dan BPS telah mengembangkan metode KSA untuk menghitung luas panen padi. Namun demikian, masih ada kendala untuk tracking karena lokasi tidak terjangkau dan tidak terpetakan. Kemudian dari sisi alat seperti GPS, terkendala sinyal sehingga tidak terekam dan terpotong. Misal yang awalnya bentuk bujur sangkar hasilnya menjadi segitiga akhirnya mengurangi luas,” imbuhnya.

Dari hasil diskusi ini, Dr. Anang Kurnia, Ketua Departemen Statistika IPB menyimpulkan bahwa forum diskusi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi perbaikan KSA yang tengah digunakan BPS, dalam hal pendugaan padi. Diskusi ini untuk mengetahui  bagaimana peran pemanfaatan citra satelit dalam pengembangan metode KSA.

“Beberapa workshop yang melibatkan berbagai pihak seperti BPS, Kementan, BPPT, BIG akan dilakukan untuk mendapatkan informasi akurat dari metode-metode yang digunakan saat ini termasuk metode KSA. Di IPB sendiri, Departemen Statistika akan melibatkan tim dari peneliti remote sensing, peneliti atau pengelola data satelit IPB-LAPAN dan pihak-pihak lain yang terkait,” ujarnya. (dh/Zul)