Menghadapi Ledakan Ulat Bawang, IPB Sebarkan Teknologi Virus

Menghadapi Ledakan Ulat Bawang, IPB Sebarkan Teknologi Virus

ulat
Berita
Masalah serangan hama ulat bawang (Spodoptera exigua) semakin  mendapat perhatian setelah Presiden RI Joko Widodo mendapat ‘bingkisan‘ daun bawang merah yang terserang ulat dari petani dalam kunjungannya ke Brebes Jawa Tengah, 11 April 2016.   Serangan hama dan penyakit bawang merah merupakan  hambatan utama dalam produksi bawang merah.  Dua hama/penyakit yang sangat merusak bawang merah adalah ulat bawang (Spodoptera exigua) dan busuk batang fusarium (Fusarium oxysporum).  Serangan hama dan penyakit tersebut dari tahun ke tahun semakin berat karena rusaknya agroekosistem bawang merah. Kerusakan ekosistem pertanaman bawang merah disebabkan oleh penggunaan   pestisida yang tinggi untuk pengendalian hama/penyakit, dan jarang digunakannya pupuk organik  dalam proses budidaya.
 
Apabila penggunaan pestisida yang tinggi ini dilakukan terus dan tidak ada upaya  untuk menurunkannya,  masalah hama dan penyakit akan semakin berat, biaya produksi semakin tinggi dan usaha tani bawang jadi menjadi tidak  menguntungkan.  Sebagai gambaran, biaya pembelian pestisida untuk tanaman bawang merah per musim per hektar sekitar 16 juta rupiah.  Biaya usaha tani bawang merah yang tidak ekonomis membuat  bawang produksi nasional tidak kompetitif  lagi dibandingkan dengan bawang merah produksi negara-negara lain. Oleh karena itu, perlu terobosan untuk mengembangkan budidaya bawang merah yang  lebih ekologis dan  lebih murah.
 
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian (Faperta) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui berbagai penelitiannya telah menghasilkan  satu teknologi  yang sangat efektif dan ramah lingkungan untuk pengendalian ulat bawang yaitu Se NPV(Spodoptera exigua Nucleopolyhedrosis Virus). Virus serangga ini menyebabkan ulat menjadi sakit dan mati dalam tempo  1-3 hari.  Tingkat  keefektifan lapangan sangat tinggi yaitu mencapai 93 persen dan sudah diuji pada pertanaman bawang merah di lapangan di Brebes, Tegal dan Cirebon, jadi tidak  hanya uji di laboratorium.  Virus  yang menyerang serangga ini aman terhadap musuh alami,  ternak dan manusia serta mudah diperbanyak oleh petani.
 
Sebagai respon terhadap serangan hama ulat bawang saat ini, Departemen Proteksi Tanaman Faperta IPB menerjunkan Klinik Tanaman keliling ke Brebes 23- 24 April 2016.   Selain mengadakan pengamatan lapangan, dalam kesempatan itu dibagikan biang Se NPV oleh Ketua Departemen Proteksi Tanaman Dr. Suryo Wiyono  ke petani pengelola pos agens hayati yang berasal dari sentra bawang merah  yaitu  Brebes, Tegal, Kulonprogo dan Nganjuk.  Selanjutnya  biang tersebut akan diperbanyak di berbagai pos agen  hayati untuk dapat diaplikasikan petani di daerah masing-masing.***