ITK IPB Kembangkan Teknologi Pemantauan Dasar Laut

ITK IPB Kembangkan Teknologi Pemantauan Dasar Laut

ITK-IPB
Berita
Tim riset bidang Akustik Kelautan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penelitian di perairan sekitar Pulau Pari, DKI Jakarta (1-4/5). Riset ini merupakan pengembangan dan aplikasi teknologi akustik kelautan untuk pemantauan berbagai objek bawah air seperti terumbu karang, ikan, lamun, substrat perairan, dan lainnya dalam rangka konservasi dan rehabilitasi ekosistem. 
 
Pada tahun sebelumnya, riset untuk deteksi dan pemetaan terumbu karang menggunakan teknologi akustik juga telah dilakukan.  Sebagai kelanjutannya, pada tahun ini  dilakukan studi yang komprehensif agar didapatkan data time series untuk pemantauan perubahan kondisi ekosistem di perairan ini secara menyeluruh.  Hal ini dilakukan karena dewasa ini pulau-pulau di Kepulauan Seribu, termasuk Pulau Pari, cenderung dieksploitasi menjadi obyek wisata. Penelitian ini dibiayai oleh SEAMEO SEAMOLEC  Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology  (SEAMEO BIOTROP).
 
Dosen Departemen ITK FPIK IPB  Dr. Henry Manik bertindak sebagai ketua tim peneliti, didampingi oleh tujuh orang mahasiswa Pascasarjana Program Studi Teknologi Kelautan IPB. Riset ini mempunyai fokus pada pemantauan berbagai objek bawah air di ekosistem laut, antara lain perhitungan target strength ikan, perhitungan hambur balik karang, lamun, dan substrat dasar perairan, serta biota asosiasi karang. Alat yang digunakan yaitu  split beam echosounder model BioSonic dengan frekuensi 120 kHz. Teknologi Akustik Kelautan dikenal juga dengan sebutan Underwater Acoustics Remote Sensing.
 
Prinsip dasar teknologi akustik adalah pemancaran gelombang suara menggunakan sensor pengirim transducer ke dalam kolom perairan sampai ke dasar perairan.  Apabila gelombang akustik mendeteksi objek bawah air seperti ikan, zooplankton, terumbu karang, dan dasar laut, maka objek tersebut akan memberikan sinyal pantulan atau hamburan yang akan diterima oleh sensor penerima transducer. Data akustik ini diproses dengan teknik pengolahan sinyal untuk mengkuantifikasi  ukuran dan jumlah objek yang terdeteksi.  Berdasarkan nilai koefisien refleksi dan backscattering  strength dapat ditentukan karakteristik objek bawah air termasuk tipe sedimen, klasifikasi life form terumbu karang, habitat lamun, dan ukuran serta jumlah kepadatan ikan (acoustic fish density). 
 
Sebelumnya, tim peneliti telah melakukan riset pendahuluan terlebih dahulu di water tank Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan Departemen ITK FPIK IPB yang meliputi kalibrasi pada alat yang digunakan agar didapatkan hasil yang akurat. Riset pendahuluan tersebut yakni dengan melakukan kalibrasi echosounder menggunakan bola sphere, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran objek deteksi ikan bergelembung renang dan non gelembung renang pada kondisi yang terkontrol.
 
Riset ini juga mendukung pernyataan yang diutarakan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir beberapa waktu lalu, yang menginginkan wilayah Kepulauan Seribu DKI Jakarta sebagai pusat penelitian bidang kelautan. Ia menambahkan bahwa perairan ini memiliki perairan tenang dan luas sehingga cocok untuk wilayah penelitian khususnya di bidang kelautan dan perikanan. Diharapkan untuk kedepannya, riset akustik untuk pemantauan ekosistem laut ini dapat dilakukan di pulau-pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu .***