Guru Besar IPB Ubah Kayu Inferior menjadi Kayu Unggulan

Guru Besar IPB Ubah Kayu Inferior menjadi Kayu Unggulan

DSC_7328
Riset

Merespon kesulitan yang dialami industri perkayuan di tanah air untuk memperoleh kayu bermutu tinggi sebagai bahan baku, Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof.Dr. Imam Wahyudi melakukan beberapa riset. Dengan judul orasi “Kayu Hutan Tanaman: Karakteristik dan Prospek Pemanfaatannya Berbasis Teknologi Peningkatan Mutu Ramah Lingkungan”, Prof. Imam memaparkan temuannya dalam jumpa pers di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor (17/3). Prof Imam telah melakukan orasi ilmiah pada Sabtu (19/3) di Kampus IPB Darmaga Bogor.

 

Menurutnya, mutu kayu dari hutan tanaman masih rendah. Fakta di lapangan, kayu dari hutan tanaman sulit dikeringkan dan mudah pecah. Produk yang dibuat dari kayu hutan tanaman ini kurang kokoh, kurang stabil dan relatif mudah diserang serangga, rayap dan bubuk kayu kering.

 

“Wooden furniture jati yang selama ini menjadi andalan ekspor poduk kayu olahan Indonesia pun mengalami hal yang sama,” ujarnya.

 

Kualitas kayu dipengaruhi oleh proses pertumbuhan pohon, faktor genetik, lingkungan dan faktor tingkat kedewasaan sel-sel penyusunnya. Oleh karena itu, pembangunan hutan tanaman harus diawali dengan penggunaan bibit bermutu tinggi dan tindakan silvikultur yang diterapkan.

 

Menurutnya, tindakan silvikultur seperti mempercepat pertumbahan diameter batang, harus mampu mencegah curamnya regangan sisa dan tingginya tegangan pertumbuhan. Selain itu, tindakan silvikulur juga harus mampu mencegah bertambahnya porsi kayu juvenil dan kayu reaksi serta mampu menekan end splitting yang berlebihan. Perlu kerjasama antara pihak terkait karena hutan tanaman saat ini menjadi satu-satunya sumber kayu masa depan yang dapat diandalkan.

 

Saat ini tim risetnya tengah bekerjasama dengan salah satu UKM di Jepara untuk memproduksi prototype produk wooden furniture bermutu tinggi menggunakan kayu hutan rakyat terutama jati, sengon, dan jabon yang sudah dipadatkan.

 

“Ini untuk meyakinkan pihak-pihak terkait bahwa kayu hutan tanaman yang inferior bisa diubah menjadi bahan baku yang handal,” ujarnya.(zul)