Prof.Dr Linawati Hardjito: Peluang Baru, Produk Perikanan dengan Bioteknologi

Prof.Dr Linawati Hardjito: Peluang Baru, Produk Perikanan dengan Bioteknologi

Prof-Lina
Berita
Penerapan bioteknologi untuk pembangunan perikanan dan kelautan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu pengembangan produk alam perairan, pengembangan teknologi/produk untuk aplikasi di bidang lingkungan dan pengembangan budidaya baik secara konvensional atau melalui perbaikan genetik organisme perairan. Berdasarkan data yang dilaporkan Kate dan Laird, penjualan dunia produk herbal/suplemen dan kosmetik/personal care tahun 1997 yang bersumber dari bahan alam masing-masing mencapai  2,8 miliar per tahun. Untuk produk farmasi yang bersumber dari bahan alam antara 75-150 miliar dolar per tahun. Paling sedikit ada 24 perusahaan global yang bergerak di produk bioteknologi farmasi dan kosmetik berbasis bahan alam.
 
“Ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi semua pemangku kepentingan di Indonesia untuk berperan aktif mengembangkan potensi ekonomi produk bioteknologi dari sumberdaya hayati perairan,” Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof.Dr Linawati Hardjito menyampaikan hal itu dalam konferensi pers pra orasi di Ruang Exlounge Kampus IPB Baranangsiang Bogor, (21/5).
 
Menurut Prof. Lina, produk bioteknologi yang dikembangkan di Indonesia adalah herbal/suplemen, personal care dan kosmetik serta bahan baku farmasi dari sumberdaya hayati perairan. “Mengingat regulasi yang ketat untuk produk farmasi, strategi yang harus ditempuh adalah bekerjasama dengan industri farmasi yang sudah mapan di Indonesia maupun di dunia, dengan pilihan produk berupa bahan baku farmasi untuk diolah lanjut oleh industri obat,” ujarnya.
 
Perusahaan farmasi di Indonesia yang telah menjadi mitra periset Indonesia dan dapat dijadikan mitra pengembangan dan komersialisasi, antara lain Dexa Medica, Kalbe Farma, Deltomed, dan Sidomuncul. Berdasarkan analisa Prof. Lina, permintaan pasar dunia produk farmasi, herbal/suplemen dan kosmetik/personal care, Indonesia bisa berkontribusi 10 persen terhadap pasar dunia. 
 
Dengan mengambil nilai terendah 75 miliar dolar per tahun untuk produk farmasi dan 2,8 miliar dolar per tahun untuk herbal/sulemen dan kosmetik/personal care pada tahun 1997, prediksi Prof Lina pada tahun 2015 permintaan produk bahan baku farmasi akan mencapai 214 triliun rupiah. Untuk herbal/suplemen serta personal care/kosmetik masing-masing mencapai 17 triliun rupiah. Angka ini hanya bisa dicapai dengan kerja keras dan cerdas oleh seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya.(zul)