Ustad Sirojudin, Terangi Kampung Lembur Leutik dengan Pengajian

Ustad Sirojudin, Terangi Kampung Lembur Leutik dengan Pengajian

ustad-sirojudin
Berita
Bagi anak-anak di pedesaan, bisa mengaji dan bisa sholat tidak terlepas dari kerja nyata yang dilakukan para guru ngaji. Melalui guru ngaji, para orang tua kerap menitipkan anak-anaknya untuk digembleng akhlaknya. Ini pula yang dirasakan para orang tua di Kampung Lembur Leutik RT 04 RW 03 Desa Cihideung Ilir Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Sejak kedatangan Ustad Sirojudin di kampung ini pada tahun 2001 silam, mereka mulai menitipkan putra-putrinya untuk diajarkan mengaji oleh alumni Pesantren Nurul Furqon ini. Cara mengajar Ustad Sirojudin sama dengan guru ngaji kebanyakan di pedesaan, yaitu dengan sistem “sorogan” atau satu anak langsung berhadapan dengan guru saat mengaji. Waktu mengaji dilakukan setiap selesai solat magrib. Meski dengan sistem “sorogan”, suami dari Heni Andriyani (33) ini mengaku hanya sendirian untuk mengajar anak-anak yang berjumlah 50-an orang itu. 
 
Kegiatan mengaji ini rutin dilakukan di kediamannya. Meski demikian, tak sedikit pun Ustad Sirojudin meminta bayaran untuk waktu, tenaga bahkan listrik yang telah ia berikan untuk kebisaan anak-anak di kampungnya dalam mengaji. “Saya hanya minta kepada anak-anak untuk didoakan agar sehat. Mereka bisa mengaji dan rajin solat sudah cukup bagi saya,” ujar Ustad Sirojudin yang ditemui di Balai Desa Cihideung Ilir, Kamis (3/7).
 
Di luar rutinitasnya sebagai guru ngaji, ayah tiga anak ini mencari nafkah sebagai sopir angkot jurusan Ciampea-Laladon. Namun sejak dua bulan lalu, ia memutuskan berhenti sebagai sopir, dan beralih menjadi pedagang keliling pakaian anak-anak dari satu kampung ke kampung lainnya. Beruntung, sang istri mau membantu ekonomi keluarga dengan berdagang kecil-kecilan di rumah. Alhasil, siang hari menjadi waktu mencari nafkah, dan malam hari diperuntukkan untuk mengajar anak-anak di kampungnya.
 
Pada tahun 2012, Ustad Sirojudin mulai membentuk kelompok Marawis yang diberi nama “Nurul Muttaqiin” bagi anak didik usia SD di pengajiannya. Marawis ini didirikan agar anak-anak semakin bersemangat dalam mengaji. Karena dalam marawis butuh anak-anak yang tidak sekadar pandai bermusik, tapi juga piawai dalam melafalkan solawat, yang artinya perlu pemahaman tajwid dan makhorijul huruf yang tepat, dan itu hanya bisa diperoleh jika mereka rajin mengaji. Sementara bagi kalangan pemuda, Ustad Sirojudin merangkul mereka melalui kelompok “Hadroh” yang serupa dengan Marawis. Namun karena terbentur alat yang cukup mahal, tim Hadroh belum seeksis tim Marawis. Dikatakan Ustad Sirojudin, meski baru dua tahun didirikan, tim Marawis binaannya sudah tampil di banyak tempat, seperti seputar Bogor, Sukabumi, bahkan Jakarta. Di akhir perbincangan, Ustad Sirojudin menyebut pesan yang senantiasa diingatnya dari sang guru adalah untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki walau hanya satu ayat. Hal inilah yang terus dilakukannya hingga kini. (nm)